Masih di Jawa Tengah, Doni menunjuk industri jamu yang juga tak kalah besar dalam hal peluang menyumbang devisa bagi negara.
“Pak Gubernur kami mohon bisa memberi masukan kepada perguruan tinggi untuk merancang penelitian agar jamu kita kelak bisa menjadi obat alternatif. Sangat banyak varietas herbal di Tanah Air yang tentu bisa menjadi bahan obat-obatan herbal. Jika digarap serius, Indonesia bisa merajai pasar obat-obatan herbal dunia,” Doni optimistis.
Mantan Kepala BNPB (2019-2021) itu juga menyodorkan data menakjubkan. “VOC yang bercokol di tanah air kita tiga abad lebih, saat ini menjadi salah satu perusahaan terkaya di dunia. Asetnya mencapai 7,9 triliun US dollar (sekitar Rp 115 kuadriliun rupiah). Sedangkan APBN kita, belum pernah lebih dari Rp 3.000 triliun. Bandingkan!” kata Doni seraya menambahkan, “kekayaan itu sebagian besar disumbang dari hasil rempah-rempah kita.”
VOC adalah monumen sejarah yang nyata. Ia kaya raya karena rempah-rempah Nusantara. Bahkan pernah satu masa, harga satu kilogram pala sama dengan harga 1 kilogram emas. Bukti nyata adalah Pulau Run di Kepulauan Banda (Maluku) yang menjadi ajang rebutan Inggris dan Belanda.
Mati-matian Belanda dan Inggris berperang untuk menguasai perdagangan dunia. Terhitung dari tahun 1652-1654 perang pertama dilakukan dan perang kedua dimulai dari tahun 1665. Hingga akhirnya pada 31 Juli 1667, Traktat Breda dikeluarkan untuk memberi solusi damai dari perang-perang tersebut.
Salah satu isi dari Traktat Breda adalah Inggris harus mengakhiri kekuasaan mereka di Pulau Run, Kepulaun Banda, dan menyerahkan kepada Belanda. Sebagai gantinya, koloni Belanda, yakni Nieuw Amsterdam di Amerika Utara (kini Manhattan, New York) diserahkan ke Inggris. “Manhattan kini salah satu kota megah dan kaya raya di Amerika Serikat, sementara Pulau Run begitu-begitu saja,” ujar Doni prihatin.
Berikut, Doni menyebut tanaman nilam. Dikatakan, untuk diketahui, bahwa Nilam berasal dari singaktan Nederlands Indische Land ook Acheh Maatzchappij, sebuah perusahaan Belanda yang mengatur perdagangan dan sistem penjualan dari tanaman Patchouli. Perusahaan Belanda waktu itu bekerjasama dengan para Ulee Balang dalam pengelolaan ladang nilam di Aceh.
Hasil penelitian menyebutkan Nilam Aceh merupakan nilam terbaik dunia dengan kandungan Patchouli Alkohol (PA) di atas 30 persen sehingga banyak dicari pihak luar negeri.
“Begitu banyak kekayaan Nusantara. Ketika ke Belanda Mei 2019, saya menemukan tulisan ‘Specerijenmagazijn, Indie’s Welvaren’, yang artinya ‘Gudang rempah-rempah, harta kekayaan melimpah dari bumi Indonesia’. Itu adalah bukti nyata dan pengakuan dari Belanda yang tiga-setengah abad menjajah kita,” ujar Doni.
Hari ini dan ke depan, pensiunan TNI-AD harus mempersiapkan diri dan mengajak orang di sekitar untuk menjadi bagian dari program ekonomi yang digulirkan PPAD. Jika berhasil, dipastikan akan sangat membantu pemerintah. “Terlebih di era pandemi. Pak Gubernur tadi mengatakan, di Jawa Tengah saja tak kurang dari 400.000 orang di-PHK gara-gara pandemi. Dengan program entrepreneurship, kita akan bisa menciptakan lapangan kerja. Dan sejatinya, barang siapa mampu menciptakan lapangan kerja, adalah pahlawan sejati hari ini dan pahlawan masa yang akan datang,” tandas Doni.
Masih sangat banyak yang sedia dilakukan Doni Monaro (dan PPAD) untuk Jawa Tengah. “Nanti malam kami juga akan bertemu Bupati Cilacap dan stakeholder lain membahas kawasan mangrove di Segara Anakan, Nusa Kambangan,” ujarnya.
Betapa mangrove adalah sebuah potensi usaha yang luar biasa. Selain bisa dijadikan area budidaya kepiting, buah mangrove juga bisa untuk pewarna batik. Di sisi lain, Jawa Tengah memiliki banyak kota perajin batik, seperti Solo, Pekalongan, Lasem, dan lain-lain.
“Batik dengan pewarna alam, semoga ke depan bisa menguasai pasar fashion dunia,” harap Doni.
Ingat, kata Doni, produk-produk unggulan kita sejatinya sudah sangat dikenal di luar negeri. Seperti batik, misalnya, bahkan pernah menjadi baju kebanggan Presiden Afsel, Nelson Mandela.