Jadi ada “vacuum of power” (kekosongan kekuasaan) di tubuh IDI. Nah, lho!
Tak mau kalah, Komisi IX DPR pun mengundang IDI untuk didengar keterangannya, salah satunya soal pemecatan Terawan, Selasa (29/3/2022).
Sayangnya, dengan dalih sedang mempersiapkan berkas Muktamar ke-31 di Banda Aceh, IDI tidak datang.
Sederet pejabat dan elite politik telah membuktikan keampuhan metode DSA kreasi Terawan.
Diantaranya Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, mantan Menteri Koordinator Perekonomian Aburizal Bakrie, mantan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) AM Hendropriyono, mantan Menteri BUMN Dahlan Iskan, Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan Mahfud Md, dan mendiang Ibu Negara Ny Ani Yudhoyono.
Kecuali Ny Ani yang memang sudah wafat, rata-rata mereka tak setuju terhadap langkah IDI memecat Terawan.
Sajak “Aku”
Kreativitas memang kerap tak mendapat tempat dalam sebuah komunitas. Ibarat baris-berbaris, Terawan dianggap telah keluar dari barisan.
Ibarat sekawanan domba, Terawan telah menjelma menjadi serigala. Supaya domba-domba itu tidak terancam, sang serigala harus diusir dari kawanan.
"Aku ini binatang jalang, dari kumpulannya terbuang," tulis Chairil Anwar (1922-1949) dalam sajaknya, "Aku" (1943) yang tampaknya representatif untuk menggambarkan keberadaan Terawan di IDI.
Ya, Terawan mirip dengan Chairil Anwar yang karena kreativitasnya sempat ditolak oleh komunitasnya.
Dengan dalih sajak “Aku” terlalu individualistis, saat itu banyak majalah atau penerbit yang menolak memuat sajak karya Chairil Anwar itu.
Sikap pemerintah kolonial Jepang yang saat itu represif dijadikan alasan. Akhirnya terbukti eksistensi Chairil Anwar tak terelakkan. Bahkan dia dinobatkan sebagai sastrawan pelopor Angkatan 1945.
Keberadaan vaksin Nusantara juga akan mengancam vaksin-vaksin lain yang dibeli dengan impor.