Di Indonesia, baru dua operator yang telah mencanangkan migrasi. Yaitu Telkomsel dan XL Axiata. Kedua operator secara bertahap akan mengalihkan jaringan mereka.
Pekerjaan bagi operator di Indonesia makin bertambah berat. Selain meningkatkan kemampuan jaringan 3G ke 4G, juga meneruskan pembangunan jaringan 4G di berbagai wilayah 3T (terdepan, terluar, tertinggal).
Justru tugas kedua inilah yang menjadi tentangan besar karena selain harus berstandar 4G, lokasi atau titik-titik BTS 4G tersebut sulit dijangkau. Di sisi lain secara hitung-hitungan bisnis tidak semenguntungkan daerah non-3T, bahkan bisa jadi buntung dari pada untung.
Toh, UU Cipta Kerja pada sektor Pos, Telekomunikasi dan Penyiaran mengamanatkan pemerintah dan pelaku industri membangun infrastruktur telekomunikasi. Disebutkan pula bahwa adalah kewajiban bagi pelaku usaha pemilik infrastruktur pasif untuk membuka akses bagi penyelenggara telekomunikasi dengan prinsip kerja sama.
Target pemerintah yang dicanangkan melalui Bakti Kominfo sebagai BLU (badan layanan umum), membangun infrastruktur sebanyak 9.113 BTS 4G di 9.113 desa di seluruh Indonesia.
Peluang 2,1X lipat
Kerja sama Kominfo dengan Telkomsel dan XL Axiata merupakan kemitraan harmonis. Telkomsel membangun 7.772 BTS USO berkualifikasi 4G, dan sisanya dibangun oleh XL Axiata.
Hingga Maret silam, Telkomsel telah mendirikan 2.750 BTS 4G/LTE. Sisanya akan dituntaskan hingga akhir 2022, sembari memigrasi beberapa BTS 3G-nya.
XL Axiata yang kebagian lokasi di Sumatera menggenapkan pendirian menara 4G baru di 35 desa provinsi Riau dan efeknya, lalu-lintas data meningkat sebesar 11 persen di provinsi tersebut. Dengan aktivitas industri pariwisata yang terus menanjak di sejumlah kawasan provinsi ini, diharapkan mulai memberikan kontribusi secara bisnis bagi XL Axiata.
Pemerataan jaringan 4G memacu pertumbuhan ekonomi khususnya bagi pelaku UMKM (usaha mikro, kecil dan menengah). Penelitian yang digelar Blibli.com bekerja sama dengan Litbang Kompas dan Boston Consulting Group (BCG), menyebutkan pebisnis yang go-online mempunyai peluang pendapatan dan meraih pasar lebih besar.
Baca juga: Ponsel Murah Nokia 105 4G dan 110 4G Resmi Meluncur, Harga di Bawah Rp 1 Juta
Bila mereka masih bermain di jalur offline dan tidak memanfaatkan koneksi internet kehilangan peluang 1,1 kali lipat penambahan pendapatan. Platform digital juga juga membuka peluang 2,1 kali lipat menjangkau pasar yang lebih luas.
Aksesibilitas terhadap informasi kian terbuka, sehingga setiap pelajar mudah mendapatkan materi pendidikan. Ketidakrataan akses jaringan internet berbanding lurus dengan Indeks Pendidikan menurut tingkat penyelesaian pendidikan.
Data BPS (Biro Pusat Statistik) menunjukkan IP untuk setingkat SMA, di provinsi Papua, Papua Barat, NTT, Gorontalo, termasuk Kalimantan Barat rata-rata di bawah 60 persen tingkat kelulusannya. Jauh berbeda dengan di Jawa atau Sumatera yang memiliki jaringan 4G lebih merata.
Indonesia terus mengejar pemerataan 4G yang merupakan standar untuk operasional berbagai aktivitas kehidupan digital. Teknologi 4G yang merata khususnya di daerah pedalaman dan pelosok mengikis kesenjangan. Terlebih dalam proses transformasi digital sebagai basis untuk meneguhkan diri jargon Indonesia Emas pada 2024. ***
*) Moch S Hendrowijono adalah pengamat telekomunikasi dan mantan redaktur Harian Kompas