News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Manusia Itu Kera yang Makin Dominan di Bumi

Penulis: Setya Krisna Sumarga
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi manusia purba pada zaman praaksara.

Erosi tanah makin meluas dan makin cepat, sehingga merupakan persoalan ekosistem yang muda.

Produksi total fotosintesis lebih besar daripada kebutuhan respirasinya, sehingga biomassa bahan organis terhimpun.

Diversitas genetis yang tadinya kompleks menjadi makin sederhana dengan adanya kecenderungan ke arah monokultur yang dibutuhkan sebagai makanan pokok di dalam cara hidup bercocok tanam.

Dengan berubahnya pola hidup berpindah-pindah ke permukiman, maka masalah feedback management  mulai timbul.

Dalam ekosistem alamiah, detritus (bahan organis yang telah mati) suatu organisme dibalikkan ke dalam lingkungan dan diedarkan dalam bentuk organisme-organisme baru.

Sebaliknya, desa-desa Neolitik dengan sumber-sumber makanannya yang lebih teratur dan pasti, dapat menampung lebih banyak populasi daripada kelompok-kelompok nomadis, sehingga sampah dan kotoran juga makin lebih banyak terhimpun.

Di sini ragam dan kuantitas polusi makin mengiringi meningkatnya populasi manusia.

Dalam perspektif evolutif itu, baik evolusi biologis maupun budaya, populasi manusia makin lama makin bertambah, baik seluruhnya maupun dalam suatu permukiman.

Menurut Jacob, dengan meningkatnya kompleksitas budaya, maka ratio ekstraktif – yaitu perbandingan kalori yang dipakai untuk mengeksploitasi lingkungan dengan yang seluruhnya dikonsumsi – makin kecil.

Museum Manusia Purba Sangiran dengan tema The Homeland of Java Man resmi diselenggarakan di Sadira Plaza Pekanbaru, Rabu (1/11/2017). Pameran yang menampilkan patung rekonstruksi Homo Erectus, fosil manusia dan berbagai hewan purba ini akan digelar hingga tanggal 5 November 2017 mendatang. Kota Pekanbaru merupakan satu dari lima Kota di Indonesia yang disinggahi dalam pameran yang digelar Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Balai Pelestarian Situs Manusia Purba Sangiran tersebut. TRIBUN PEKANBARU/THEO RIZKY (TRIBUN PEKANBARU/Theo Rizky)

Kehidupan Masa Plestosen

Lebih jauh dikemukakan pula olehnya, dalam kehidupan berburu di kala Pleistosen pertambahan penduduk sangat lambat, di mana pada akhir kala itu populasinya ditaksir sekitar 10 juta jiwa.

Mereka bertambah menjadi 90 juta jiwa dengan revolusi Neolitik, sehingga telah mencapai kepadatan 1/km2; serta saat kota-kota pertama mulai muncul, populasinya ditaksir 160 juta jiwa, yang kemudian meningkat menjadi 600 juta jiwa pada awal revolusi industri. 

Di sini juga makin menampakkan kepada kita kepadatan itu dipengaruhi faktor-faktor ekologis.

Dalam perjalanannya ini, adaptasi manusia terorientasi terhadap masa lampau, karena lingkungan masa lampaulah yang telah menseleksi dan mengarahkannya ke keadaan sekarang; sebaliknya adaptabilitas manusia sangat penting untuk masa depannya jika ingin bertahan hidup lama di bumi ini.

Halaman
1234
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini