Kalau Anda hanya sekadar menikmati film-film dengan resolusi HD (high definition) 720p cukup dengan bekal kecepatan unduh 3 Mbps, kalau ingin menikmati film versi 1020p butuh kecepatan 5 Mbps. Dengan kata lain, seluruh operator dengan rapor OpenSignal masing-masing dapat mengakomodir kebutuhan tadi.
Baca juga: Realme 9 4G Punya Kamera 108MP dengan Sensor Mutakhir
Namun jika yang diinginkan film atau video dengan kualitas UHD (ultra high definition) alias 4K, Netflix merekomendasikan menggunakan jaringan dengan kecepatan unduh minimal 15 Mbps. Di “kelas” ini, hanya jaringan XL Axiata dan Telkomsel yang memenuhi standar.
Sementara jika jaringan dibutuhkan untuk mendengarkan musik, seluruh operator layak mengakomodir. Beberapa aplikasi streaming musik seperti Spotify, Amazon Music, Apple Music, SoundCloud menyarankan kecepatan unduh antara 0,32 Mbps hingga 7,46 Mbps. Namun, kalau Anda menyukai tembang-tembang dengan kualitas high fidelity sound seperti yang ditawarkan Tidal atau Primephonic (koleksi lagu klasik) mau tak mau mesti bermodal kecepatan unduh 18,43 Mbps.
Korelasi antara rekomendasi penyedia konten dengan rapor operator yang dirilis OpenSignal berdampak nyata pada indikator lainnya. Pada pengalaman video umpamanya, poin XL Axiata jadi yang tertinggi. Metrik pada indikator ini didasarkan pada pendekatan dari ITU dari penelitian mendalam yang menghasilkan suatu hubungan antara parameter teknis, termasuk kualitas gambar, waktu pemuatan video dan laju penundaan.
Ponsel satelit
Dengan permintaan konsumsi video melalui jaringan seluler yang meningkat pesat, kualitas pengalaman saat streaming video telah menjadi salah satu aspek penting dari pengalaman jaringan seluler pengguna.
Standar kebutuhan kecepatan jaringan menurut FCC untuk gim seperti Fortnite sebesar 3 Mbps, sedangkan gim macam Arena of Valour 4 Mbps.
Baca juga: TSM Luncurkan Chromebook 4G LTE, Menperin: Bisa Dorong Program Substitusi Impor
Cakupan 4G identik dengan seberapa besar peluang pengguna memperoleh pita lebar (broadband). APJII menyebutkan, 77,64% pengguna internet sangat mengandalkan jaringan mobile data yang 47,15% di antara penggunanya menginginkan sinyal terkuat.
Konsumen meminta karena penyedia layanan pihak ketiga (video, game, media sosial, dll) mensyaratkan akses internet dengan standarisasi tertentu. Dan jaringan 3G tidak lagi mampu mengakomodasi.
Walaupun menyelenggarakan infrastruktur berbasis nirkabel lewat menara BTS juga bukan pekerjaan mudah. Strategi lain yang mengemuka adalah optimalisasi jaringan setara 4G dengan menggunakan fasilitas satelit.
Dua satelit tengah dalam proses pengerjaan, yaitu satelit Satria 1 di Perancis dan satelit pendukungnya atau hot backup satellite (HBS) yang dibuat di Amerika Serikat, yang akan diluncurkan sekitar triwulan ketiga tahun 2023. Keduanya berteknologi HTS (high throughput satellite) yang berkapasitas sangat besar, terbesar di kawasan Asia.
Satelit-satelit tadi akan menjadi BTS di kawasan langit Indonesia, yang akan disusul oleh Satria 2 dan Satria 3 pada tahun-tahun berikutnya. Dengan sistem telekomunikasi seperti ini akan lebih mudah menjangkau daerah-daerah 3T yang mustahil ditembus BTS teresterial umumnya.
Baca juga: Terapkan Teknologi Baru di Jaringan 4G, XL Gandeng Cisco
Teknologi mutakhir juga akan disematkan, penggunaan satelit orbit rendah (LEO – low orbit satellite) yang “dipanteng” pada ketinggian 500 kilometer hingga 2.000 kilometer, beda dengan Satria yang beroperasi di orbit geostasioiner pada ketinggian 36.000 kilometer. Untuk mengakses satelit LEO kelak tidak dibutuhkan stasiun bumi, karena ponselnya bisa menerima langsung sinyal dari satelit rendah tadi.
Bagaimanapun, meng-4G-kan setiap titik di Indonesia bukan lagi sekadar impian yang jika terwujud, 26,5 juta penduduk di kawasan 3T akan bisa mengakses internet sebesar kecepatan yang bisa diakses saudara-saudaranya di perkotaan. *
*) Moch S. Hendrowijono adalah pengamat telekomunikasi dan mantan wartawan senior Harian Kompas