Dua orang suporter harus meregang nyawa saat datang ke stadion untuk mendukung tim kesayangannya bertanding.
Keduanya merupakan Bobotoh, sebutan suporter Persib Bandung, yakni Ahmad Solihin warga Cibaduyut dan Sopiana Yusuf warga Bogor.
Keduanya kehilangan nyawa karena berdesakan dan terinjak-injak untuk masuk ke dalam stadion menyaksikan duel antara Persib vs Persebaya Surabaya dalam lanjutan Piala Presiden 2022, Jumat (17/6/2022) di Stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA) Bandung.
Belum lagi berbagai kasus kerusuhan supporter yang berujung pengrusakan fasilitas stadion di berbagai tempat, seperti pada kompetisi Liga 1 maupun Liga 2.
Misalnya di stadion Gelora Delta Sidoarjo pasca Persebaya dikalahkan Rans Nusantara, di stadion Chandra Braga Bekasi pasca PSIM Yogyakarta gagal mengalahkan Bekasi City FC di pentas Liga 2. Dan beberapa insiden lainnya.
Namun, perlu dicatat pula bahwa sebagian besar terjadi ketika Mochamad Iriawan menjadi orang nomor satu di panggung sepak bola Tanah Air.
Sejak dirinya dilantik sebagai Ketua Umum PSSI, November 2019, setidaknya 132 korban suporter meninggal dunia karena sepak bola.
Dalam era kepemimpinan pria yang akrab disapa Iwan Bule ini, kebanyakan kasus dilatarbelakangi kekerasan berupa pengeroyokan.
Yang terbanyak adalah korban gara-gara gas air mata yang disemburkan aparat keamanan dalam menghalau suporter di stadion Kanjuruhan Malang. Suporter Arema yang kecewa lalu turun ke lapangan.
Mereka kemudian dihadang oleh petugas kepolisian hingga akhirnya terjadi kontrak fisik. Pihak kepolisian lalu meresponnya dengan menembakan gas air mata ke tribun penonton, yang disinyalir sebagai awal mula petaka.
Intensitas insiden dan kekerasan pada rezimnya lantas menggiring sejumlah kritik kepada Iwan dari berbagai pihak. Bahkan Presiden Joko Widodo pun ikut bersuara.
Ia memerintahkan agar segera dilakukan investigasi.
Sebab, itu ia memerintahkan Menteri Pemuda dan Olahraga, Zainudin Amali serta PSSI dan sejumlah jajaran terkait untuk segera menyelidiki peristiwa tragis ini. "Investigasi total atas peristiwa ini, ada yang harus bertanggungjawab,” tegasnya.
Mencermati berulang-ulangnya insiden yang menewaskan nyawa supporter, menunjukkan PSSI tak bisa menemukan solusi konkret dari problem kekerasan suporter dan bahkan terkesan hanya melemparkan tanggungjawan ke pihak lain.