Keilmuannya yang banyak bersifat teoritis ini disempurnakan melalui pengalamannya di dunia kerja selama menjadi diplomat karir Kementerian Luar Negeri. Ia memulai karir terendah sejak tahun 1998 hingga menjadi salah satu Direktur di Deplu.
Selama menjabat sebagai Direktur Perlindungan WNI dan BHI, beliau telah memimpin penanganan beberapa kasus penting dan peristiwa yang menjadi atensi publik.
Bebarapa diantaranya yang patut disebut adalah evakuasi WNI dari Nepal (2015), evakuasi WNI dari Yaman (2015), evakuasi WNI dari Suriah, pembebasan WNI yang disandera di Filipina (2016 - 2018), pemulangan TKI dari Arab Saudi (2015) dan Malaysia, hingga penanganan kasus pekerja migran Indonesia seperti Walfrida Soik dan Satinah.
Maka benar apa yang pernah dikatakan orang bijak, bahwa kebesaran ketokohan seseorang itu bisa dilihat dari rekam jejaknya ketika masa lalu saat-saat duka lara ketika ia belajar dan awal meniti karir.
Kesimpulan diatas semakin nyata jika kita membaca perjalanan hidup Pak Dubes Iqbal, juga tentu pada riwayat hidup BJ Habibi dan Ebarkan sebagaima yang diceritakan Pak Dubes.
Melaluli cerita Pak Dubes ini, penulis menarik benang merah; barangkali sebuah bangsa, memang ditakdir untuk menyediakan ruang kosong untuk sebuah generasi terbaiknya, seperti kita memandang ke kaki langit yang lapang, tetapi disana menyiapkan kerlip bintang yang begitu indah, jika dipandang dari kejauahan.
Begitu mungkin kita melihat jasa-jasa BJ Habibi dan Erbakan untuk bangsanya. Masih ada yang dikatakan Pak Dubes.
"Bj Habibi setelah lama belajar di Jerman pulang ke Indonesia membawa teknologi kedirgantaraan, sedangkan Erbakan membawa teknologi Tengbaja Leopard." Sesuatu yang menjadi simbol teknologi di zaman modern.
"BJ Habibi meniti karir sebagai Menteri sedangkan Erbakan sebagai legislatif dan mendirikan partai politik hingga keduanya mencapai puncak karir.
"Erbakan perjuangannya secara politik dengan mendirikan partai, termasuk Refah yang saat ini melahirkan partai penguasa AKP sedangkan Habibi merintis ormas ICMI.
"Erbakan melakukan perjuangan islamisasi sebagai perlawanan terhadap sekularisme, sebuah perjuangan ideologis yang antagonis dengan penguasa, dan melahirkan banyak pengikut, --sedangkan BJ Habibi melakukan secara kuktural lewat ICMI.
"Habibi mengirim kadernya ke Jerman dan negara lainnya, Erbakan membangun universutas-universitas di bidang teknologi.
Lebih dari itu, Erbakan dan Habibi telah sama-sama banyak menginisiasi industrialisi di berbagai bidang di negaranya, dan peningkatan teknologi itu diantaranya mereka rilis melalui bidang akademik." Beber Pak Dubes panjang lebar dan bersemangat.
Penulis kira, terkait dengan pengembangan industrialisasi inilah yang menjadi kunci keberhasilan Erbakan ketimbang Habibi.