Acara pelantikan selesai pukul 11.00 WIB, dilanjutkan ramah-tamah dengan Duta Besar negara sahabat hingga pukul 12.00. Setelah itu, kirab pun dimulai.
Agendanya, presiden dan wakil presiden meninggalkan Gedung DPR-MPR menuju bundaran HI. Dari bundaran HI, perjalanan ke istana dilanjutkan dengan kereta kuda.
Yang terjadi, tidak sesederhana itu. Massa sudah menyemut di sekitar Jembatan Semanggi. Iring-iringan mobil kepresidenan pun tak mampu membelah lautan manusia. Mobil kepresidenan berjalan lambat. Wahyu melompat turun dan berjaga di pintu kiri-kanan mobil RI-1.
“Saya bersama Maruli Simanjuntak (sekarang Pangkostrad-red). Sementara pak Doni saya lihat juga turun dari mobil dan berjalan di belakang mobil presiden,” kenangnya.
Saat itu, ia perkirakan pukul 12.20. Matahari menyengat sejadi-jadinya. Sementara, Wahyu, Maruli, Doni Monardo, dan pasukan pengamanan presiden lain berbusana formil, lengkap dengan jas, dasi, dan sepatu pantofel.
Dengan balutan busana lengkap itu, keringat mulai bercucuran. Ia harus sigap menghalau tangan massa yang menerobos jendela mobil hendak menyalami tangan Presiden Jokowi. Di tengah suasana terik, berjalan kaki mendampingi laju lambat mobil kepresidenan dengan kewaspadaan penuh.
Terasa semakin berat, manakala situasi itu sama sekali di luar perhitungan. Sebab, scenario pengamanan berlapis telah disusun mulai dari bundaran HI ke Istana. “Jadi, dari Semanggi ke Bundaran HI sangat di luar perkiraan. Tenggorokan kering. Ludah terasa getir,” tutur Wahyu.
Beruntung, ajudan Presiden Jokowi yang pertama adalah teman satu angkatan Wahyu. Segera ia berinisiatif memberinya sebotol air mineral.
“Jadilah satu botol minuman itu kami minum seteguk-seteguk berantai ke belakang. Mulai dari perwira, bintara, tamtama, pun minum dari botol yang sama. Yang penting bisa membasahi tenggorokan,” kata Wahyu pula.
Tiba di Bundaran HI, persoalan belum sepenuhnya selesai. Sebab, presiden turun dan naik kereta kuda yang salah. Jokowi dan Ibu Iriana naik kereta kuda Wapres. Paspampres kembali disibukkan dengan manuver pergantian kereta kuda.
“Saat itu sudah banyak pasukan Paspampres. Saya melipir ke pinggir. Eh… ketemu pak Doni. Dia bilang, ‘Wahyu, kamu jangan tinggalkan area’. Saya jawab, ‘sebentar komandan, ambil napas. Lha komandan kok di sini? Pak Doni tersenyum dan menjawab sama, ‘ambil napas sebentar’. Kami pun tertawa,” kenang Wahyu.
Singkat kalimat, iring-iringan kereta kuda dari Bundaran HI ke Istana Negara jauh lebih terkendali. Situasi pun kondusif. Acara berlanjut sore hingga malam, yakni tampil di acara Mata Najwa. Saat di acara Mata Najwa, Doni menelepon Wahyu, “Sehabis acara kamu langsung pulang, istirahat, besok sertijab.”
Wahyu pulang, dan esok harinya ia menyerahkan jabatan Dan Grup C Paspampres, dan bergeser ke jabatan barunya sebagai Asisten Operasi Dankorpaskhas (2014 – 2015).
Jaga Komunikasi