Meski hanya lulusan Sekolah Dasar (SD), Sri tetap percaya diri untuk terus mengabdikan diri pada desa kelahirannya. Awalnya memang ada perasaan minder, namun Sri mengalahkannya dengan tekad belajar yang kuat. Baginya, tidak ada kata terlambat. Selagi ada kemauan,semua ilmu bisa dipelajari.
“Kepercayaan diri itu muncul karena terus dipupuk, rasa semangat juga timbul karena didukung oleh kader lainnya, terutama ibu Kholisoh yang memberikan kepercayaan penuh kepada saya,” bebernya.
Setelah isu stunting ramai di desanya, kini ia juga aktif menjadi kader TPK yang bertugas mendata keluarga beresiko stunting, hingga menjadi pengurus di Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Desa Kluwut.
Sri bersyukur desanya menjadi salah satu desa dampingan Tanoto Foundation untuk Program Percepatan Penurunan Stunting di Jawa Tengah. Desa Kluwut terpilih menjadi salah satu lokasi untuk program Rumah Anak SIGAP yang berfokus pada layanan pengasuhan anak usia 0-3 tahun.
“Program dari Tanoto Foundation sangat membantu sekali bagi kami di desa ini. Kami lebih percaya diri karena dilatih bicara di depan umum, membuat presentasi, hingga bagaimana memobilisasi warga untuk datang ke Rumah Anak SIGAP,” katanya.
Sebagai koordinator Rumah Anak SIGAP, ia mengaku bangga karena warganya mau datang berkunjung dan membawa anaknya ke Rumah Anak SIGAP.
Ia tidak lagi mau mendengar bahwa desa Kluwut merupakan desa miskin atau terbelakang. Dengan perjuangan yang gigih, Sri yakin angka stunting di desanya juga akan turun, asalkan semua pihak bersama-sama melakukan perubahan.
“Saya ingin melihat dan mendengar desa tercinta saya ini, desa Kluwut, tidak dipandang sebelah mata lagi,” katanya mengakhiri percakapan.