Waktunya pun juga tidak akan lama, sepanjang wilayah utara Gaza relatif dibersihkan dari hunian dan aktivitas kelompok Hamas.
Menciptakan perimeter lebih lebar agar aksi-aksi bersenjata tidak pernah lagi mencapai pagar perbatasan Gaza-Israel adalah tujuan minimal.
Perdana Meteri Israel Benyamin Netanyahu dan Menhan Yoav Gallant sebelumnya bersumpah akan memusnahkan Hamas dari Gaza, dan menutup selamanya kemampuan militer kelompok itu.
Dalam perspektif ini, AS kemungkinan akan mendukung invasi darat Israel, tetapi juga meredam supaya tidak terjadi aksi total tidak terkendali di lapangan.
Gedung Putih tetap mempertimbangkan kepentingan politik global mereka, supaya tidak kehabisan suara dan pengaruh di dunia Islam.
Meski begitu, sebagai patron dan sekutu terkuat Israel, Pentagon tetap menunjukkan dukungan maksimal kepada pemerintah Yahudi itu.
Armada kapal induk kedua dipimpin USS Dwight Eisenhower telah berlayar ke Laut Tengah. Sebelumnya kapal induk USS Gerard Ford telah lebih dulu tiba.
Kedua armada kapal induk itu mengangkut ratusan jet tempur, hellikopter, pesawat mata-mata, dan amunisi yang cukup untuk mendukung operasi udara dan darat skala besar.
Serangan mematikan kelompok Hamas pada 7 Oktober 2023 memang telah mengubah skala konflik Hamas dengan Israel.
Sebanyak 1.300 penduduk Israel dan sejumlah warga negara asing tewas di berbagai lokasi yang diserbu dari darat, udara dan laut. Sekira 130 warga Israel ikut disandera di Gaza.
Ribuan orang lainnya terluka di berbagai permukiman dan kota-kota besar terdekat, seperti Sderot dan Askhelon.
Sebaliknya sejak serangan itu, Israel telah menewaskan sedikitnya 2.300 penduduk Gaza, termasuk sedikitnya 1.500 petempur Hamas.
Tak terhitung lagi kerusakan bangunan di Gaza akibat bombardemen Israel. Minimal 1,1 juta warga Gaza terancam kehilangan wilayah hunian selamanya.
Situasi di Gaza saat ini benar-benar kritis. Pasokan listrik, air, medis, dan bahan pangan serta akses warga Palestina telah dihentikan Israel.