TRIBUNNEWS.COM – “The Art of Leadership in Crisis”.
Demikianlah judul buku karya Karnoto Mohamad yang diluncurkan pada acara “Top 100 CEO and The Next Leader Forum 2023” di Jakarta, Selasa (5/12/2023).
Karnoto Mohamad, Wakil Pemimpin Redaksi Infobank dan Pemimpin Redaksi The Asian Post dalam bukunya itu menceritakan kisah dan praktik kepemimpinan sembilan pemimpin bisnis senior yang berhasil menyelesaikan krisis di perusahaan masing-masing.
Sembilan pemimpin bisnis senior itu adalah Mochtar Riady (memimpin krisis di BCA pada 1975), Dahlan Iskan (memimpin krisis di Jawa Pos pada 1982), Mu’min Ali Gunawan (memimpin Panin Bank saat krisis 1998).
Juga Djohan Emir Setijoso (memimpin krisis di BCA pada 1998), Agus Martowardojo (memimpin krisis di Bank Mandiri pada 2005), Batara Sianturi (memimpin Citi Hungaria pada krisis global 2008), Elia Massa Manik (memimpin krisis di Elnusa pada 2011)
Lalu Tigor Siahaan (memimpin krisis di Citibank pada 2011 dan Bank CIMB Niaga pada 2016) dan Ridha Wirakusumah (memimpin krisis di Permata Bank pada 2017).
Dalam rilisnya, Rabu (6/12/2023), Karnoto Mohamad memaparkan, “business leader” (pemimpin bisnis) dengan kualifikasi dan pengalaman seperti yang mereka miliki sangatlah langka sehingga sangat penting untuk ditulis bagaimana mereka berhasil mengimplementasikan kepemimpinan dalam krisis.
“Berdasarkan riset pustaka dan wawancara langsung, para pemilik perusahaan yang sedang krisis selalu mencari orang yang dipercaya mampu menyelesaikan krisis berdasarkan kemampuan dan pengalamannya.
Umumnya suiit didapatkan karena jarang dan kalaupun ada mereka pasti sedang memimpin, dan belum tentu bersedia.
Kalaupun bersedia, bukan alasan uang, tapi soal tantangan, kehormatan dan kredibilitas, atau karena ingin memberi kontribusi yang lebih besar bagi industri atau negara,” ujar Karnoto.
Karnoto Mohamad berpendapat, sembilan “senior corporate leaders” yang berpengalaman menyelesaikan krisis dengan berhasil memiliki kriteria dan sifat, di antaranya sangat berkompeten dan berintegritas tinggi, sangat bertanggung jawab, menyukai tantangan dan berani tidak populer, rela berkorban dan berorientasi kepada hasil, independen dan tidak memiliki kepentingan pribadi, ambisius dan memiliki “endurance”, memiliki rasa kemanusiaan dan arah yang jelas, penuh ide dan berpikir “out of the box”, serta memiliki sifat sebagai “the great leader” (pemimpin besar).
Sejumlah chief executive officer (CEO) yang saat ini aktif memimpin perusahaan, ikut memberikan pengantar di buku yang diterbitkan Infobank Media Group ini, yaitu Jahja Setiaatmadja (CEO Bank Central Asia), Darmawan Junaidi (CEO Bank Mandiri), dan Eko B Supriyanto (Chairman Infobank Media Group).
Sejumlah CEO ternama di sektor jasa keuangan ikut memberi testimoni dalam buku ini, di antaranya Royke Tumilaar (CEO Bank Negara Indonesia), Darmawan Prasodjo (CEO PLN), Meliza Rusli (CEO Permata Bank), Juliati Boddhiya (CEO Asuransi Central Asia), Yuddy Renaldi (CEO Bank BJB), Haryanto T Budiman (Ketua Umum Ikatan Bankir Indonesia), dan Fathan Subchi (Wakil Ketua Komisi XI DPR RI).
Menurut Eko B Supriyanto, sembilan pemimpin bisnis yang ditulis pengalamannya ketika menghadapi krisis di dalam buku ini ada benang merah yang dapat dijadikan pijakan, yaitu krisis merupakan bagian dari perjalanan yang harus dilalui.
“Tidak menjadikan krisis sebagai sebuah ‘hantu’ yang menakutkan, melainkan di tengah krisis selalu ada peluang untuk tumbuh dan membangun reputasi. Krisis mengajarkan kita untuk tidak pernah menyerah, karena setiap masalah memiliki solusinya sendiri,” ujarnya.
“Krisis tidak mengenal waktu, tempat atau pun aspek kehidupan. Krisis datang silih berganti memberikan tantangan sulit bagi semua pihak. Dari buku ini, kita dapat menggali hikmah dan pelajaran dari setiap pengalaman tersebut, sehingga kita akan menjadi lebih tangguh dan siap menghadapi masa depan yang penuh ketidakpastian,” tulis Darmawan Junaidi.
“Saya percaya buku ini dapat menjadi sumbangsih nyata bagi para pelaku bisnis dan manajemen perusahaan dalam menghadapi berbagai potensi krisis yang dapat datang kapan saja. Terlebih lagi praktik dan pengalaman nyata yang diceritakan dalam buku ini adalah orang-orang dengan kapabilitas yang tak perlu diragukan lagi,” tulis Jahja Setiaatmadja.
“Praktik kepemimpinan dalam krisis oleh 9 ‘corporate leaders’ yang diceritakan dalam buku ini sangat inspiratif. Di antara mereka ada Pak Agus Martowardojo saat memimpin krisis di Bank Mandiri pada 2005. Saya menyaksikan bagaimana kepemimpinan beliau yang sangat berani dalam mengambil keputusan dengan cepat meskipun berisiko hingga berhasil menyelamatkan Bank Mandiri,” kata Royke Tumilaar.
“Saya pastinya tidak meragukan sosok-sosok yang dibahas pengalamannya dalam buku ini.
Salah satunya, Pak Agus Martowardojo, yang beliau sekarang menjadi Komisaris Utama PLN. Saya sebagai Direktur Utama PLN banyak terinspirasi beliau, dengan karakter ‘man of mission’, penuh dedikasi dan perjuangan. Tentunya dengan ‘art of leadership’ (seni kepemimpinan) yang sangat ‘decisive’ untuk membawa kapal besar yang dinahkodai mampu keluar dari krisis,” kata Darmawan Prasodjo.
“Kepemimpinan seorang ‘leaders’ diuji ketika sebuah korporasi berhadapan dengan situasi sulit. Kisah 9 pemimpin hebat dalam buku ini yang berhasil menyelesaikan krisis sangat menginspirasi khususnya bagi para CEO dan eksekutif.
Saya sangat merekomendasikan buku ini bukan hanya bagi para CEO, melainkan para ‘future leaders’ (pemimpin masa depan), untuk membaca buku yang menginspirasi ini,” kata Yuddy Renaldi.
“Buku ini merupakan sebuah karya literasi yang didedikasikan untuk para pemimpin bisnis, karena memberikan informasi yang mendalam mengenai beberapa kasus manajemen krisis di perusahaan yang dilakukan oleh 9 ‘senior business leaders’.
Buku ini bisa menjadi referensi yang berharga bagi para generasi muda yang akan menjadi pemimpin bisnis masa depan,” kata Meliza M Rusli.
“Dari ‘9 leaders in crisis’ yang ditulis di buku ini ada dua tokoh yang saya dekat. Beliau adalah Agus Martowardojo, sosok dengan etos kerja yang luar biasa, selalu masuk ke detail dan tidak sungkan untuk bekerja sampai larut malam bahkan sampai dini hari menuntaskan permasalahan yang dihadapi.
Beliau dihormati sebagai senior dan tokoh panutan dengan ‘network’ (jaringan) dan ‘business sense’ (naluri bisnis) yang kuat. Kedua adalah Djohan Emir Setijoso, beliau dikenal sebagai bankir yang memiliki jam terbang sangat tinggi, pernah melewati berbagai krisis dengan baik dan selalu berpikir 2-3 langkah ke depan serta senantiasa mempertimbangkan berbagai faktor dan skenario sebelum mengambil keputusan,” kata Haryanto T Budiman.
“Buku yang menulis secara naratif berdasarkan fakta ini menarik karena menceritakan keberhasilan sejumlah pemimpin bisnis dalam mengatasi krisis, di antaranya yang saya sangat mengenalnya yaitu Dahlan Iskan.
Beliau sosok pelaku bisnis yang ulet dan rajin belajar. Juga Djohan Emir Setijoso, beliau mampu membawa BCA untuk terus berkembang,” ujar Juliati Boddhiya.
“Selama saya mengamati perkembangan di sektor jasa keuangan, saya melihat banyak CEO hebat yang memimpin. Sebagian dari mereka sangat berpengalaman memimpin krisis, seperti ditulis di buku ini. Berkat kompetensi dan integritas mereka, bank-bank di Indonesia mampu melewati masa sulit,” ungkap Fathan Subchi.
Profil Penulis
Karnoto Mohamad menyelesaikan Strata 1 (S1) di bidang manajemen di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STEI) Jakarta pada 2000 dan menyelesaikan Magister (S2) di bidang ekonomi di Universitas Trisakti, Jakarta, tahun 2020.
Keaktifannya di bidang jurnalistik dimulai pada masa kuliah dengan menjadi reporter hingga pemimpin redaksi di majalah kampus.
Kariernya sebagai wartawan profesional dimulai dengan menjadi reporter Majalah Infobank pada 2001 dan sampai saat ini sudah menulis lebih dari 1.000 artikel dan “news analysis” di bidang keuangan dan perbankan, moneter, fiskal, sektor riil, hingga manajemen, korporasi, dan kepemimpinan.
Selain karier jurnalistiknya berkembang dengan menjadi Redaktur Pelaksana Majalah Infobank pada 2008 dan menjadi Wakil Pemimpin Redaksi sejak 2013.
Dia juga mendapatkan tugas manajerial lain perusahaan dengan menjadi Direktur Produksi sampai sekarang dan sempat merangkap sebagai Direktur Human Capital 2015-2019 lalu, dan sejak 2019 sampai sekarang memimpin direktorat produksi sekaligus direktorat bisnis di Infobank Media Group yang memiliki lini bisnis media, advertising, digital, research, event management, komunikasi, dan pendidikan.
Sambil memegang tanggung jawab di bidang pengembangan bisnis, dia masih sangat aktif melaksanakan tugas jurnalistik seperti wawancara dan menulis maupun diskusi dengan jabatan redaksional sebagai Wakil Pemimpin Redaksi Majalah Infobank, dan sejak awal 2023 hingga sekarang juga menjadi Pemimpin Redaksi The Asian Post, salah satu media yang bernaung di bawah payung Infobank Media Group.