News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Sekali Lagi Soal Naturalisasi Pemain Jika berbeda, Kenapa Harus Bersitegang?

Editor: Toni Bramantoro
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pemain Timnas Indonesia naturalisasi asal Belanda Justin Hubner, bersalama dengan Ketua Umum (Ketum) PSSI Erick Thohir.

OLEH:  M. Nigara

PRO-KONTRA soal naturalisasi pemain, untuk memperkuat tim nasional sepakbola kita, sampai kapan pun akan tetap mengemuka. Tetap menarik untuk jadi bahan diskusi.

Tidak ada yang keliru, baik untuk mereka yang pro maupun yang kontra. Basis pemikirannya, sama: untuk dan bagi Indonesia Jaya.

Yang jelas salah, jika tujuan naturalisasi hanya untuk kepentingan kelompok tertentu. Misalkan naturalisasi untuk klub atau naturalisasi untuk bisnis sesaat dan bisnis kecil-kecilan.

Adakah itu? Saya tidak ingin menjawabnya, jika kita rajin membuka-buka lembaran berita, apakah itu cetak atau online kita pasti menemukan jawabannya.

Berdikari

Bung Karno, setahun sebelum genap 20 tahun kemerdekaan Indonesia. Presiden pertama kita itu, menyinggung konsep berdiri di atas kaki sendiri (berdikari) untuk pertama kalinya.

Dalam pidato berjudul Tahun Vivere Pericoloso!, Bung Karno memformulasikan konsep Trisakti, yakni: berdaulat dalam politik, berdikari dalam ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan sebagai bentuk revolusi suatu bangsa. (Idntimes.com).

Nah, bagi yang kontra naturalisasi, basisnya pasti berdikari itu. Sungguh luar biasa. "Mengapa harus menggunakan tenaga dan keakhlian orang lain, jika kita sendiri mampu melakukannya. Kita memiliki bahan baku yang banyak?" begitu kira-kira.

Dari dataIndonesia.id, jumlah populasi anak-anak remaja hingga pemuda, usia 10-24 tahun jumlahnya 66 juta atau 23,08 persen dari populasi kita. Satu jumlah yang luar biasa.

Jadi, jelas bagi mereka yang kontra naturalisasi, mereka menjunjung tinggi nasionalisme. Sungguh langkah yang patut diacungi jempol.

Masak Susah sih?

Kita juga sering mendengar orang bertanya: "Masak sih, dari jumlah sebanyak itu, kita tidak bisa mencari 11 orang untuk menjadi pemain hebat?"

Tentu sulit untuk menjawab dengan benar. Karena, jangankan mencari 11 orang untuk cabang olahraga beregu, mencari seorang petinju, pejudo, perenang, pesenam, petenis, karateka, dan lain-lain, kecuali bulutangkis dan Panjat Tebing, kita belum bisa. Padahal semua adalah cabor yang mempertandingkan nomer-nomer individu, banyak kelasnya pula.

Sesungguhnya kita (selalu masih jadi harapan) bisa. Syaratnya semua federasi serius mencari, menanam, membina, dan baru memetik hasil. Seperti yang dicontohkan dua Cabor, Bulutangkis dan Panjat Tebing. Mereka bisa dan luar biasa.

Nah, peran pemerintah, pengusaha, dan kita wartawan olahraga, bisa ikut memberikan dukungan yang maksimal. Dengan begitu, bukan tidak mungkin kita mampu.

Halaman
1234
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini