News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Memudarnya Hegemoni Militer AS di Wilayah Udara Timur Tengah

Editor: Setya Krisna Sumarga
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Gugus tempur AL Amerika Serikat yang terdiri dari kapal induk dan kapal perusak menunggu perintah Gedung Putih untuk menyerang Kelompok Syiah Houthi.

Sementara itu, serangan terhadap Houthi sejak Januari dilakukan oleh jet tempur F/A-18 Angkatan Laut AS dari kapal induk USS Dwight D Eisenhower, yang berada di perairan internasional.

Setelah serangan proksi yang didukung Iran menewaskan tiga tentara Amerika di sebuah pos kecil Amerika di Yordania pada bulan Januari, Amerika menerbangkan pesawat pengebom B-1 jarak jauh dari Pangkalan Angkatan Udara Ellsworth, South Dakota.

“Ini adalah satu lagi demonstrasi kami mempertahankan kemampuan serangan global, yang berarti kami dapat bergerak dengan cepat dan fleksibel untuk merespons secara global pada waktu dan tempat yang kami pilih dan bahwa kami tidak terbatas hanya pada pesawat yang ada di Komando Pusat,” kata Ryder.

Akses penerbangan di wilayah tersebut telah terperosok dalam masalah dalam beberapa tahun terakhir akibat pertempuran di Yaman.

Administrasi Penerbangan Federal AS sebelumnya mengeluarkan peringatan tentang pengoperasian pesawat di Teluk Persia dan Teluk Oman.

Militer AS, bersama dengan beberapa mitra internasional, telah meningkatkan aktivitasnya di Timur Tengah seiring dampak perang Israel-Hamas yang berdampak di seluruh kawasan.

Perang tersebut, yang dimulai ketika kelompok militan Hamas membunuh 1.200 orang di Israel, kini memasuki bulan kelima, dan pembalasan Israel di Jalur Gaza telah menewaskan lebih dari 28.000 warga sipil Palestina.

Meningkatnya angka kematian warga sipil Palestina di Gaza telah membuat marah banyak penduduk di negara-negara Arab, dan mengkhawatirkan para otokrat yang memerintah mereka.

Namun banyak pemerintahan yang sama juga membenci Hamas dan pelindungnya, Iran.

Pada saat yang sama, mereka enggan untuk berperang habis-habisan dengan Iran dan dalam beberapa tahun terakhir berupaya memperbaiki hubungan dengan negara tersebut.

Keseimbangan politik di kawasan Timur Tengah memang sangat rapuh, setelah bertahun-tahun hegemoni AS sangat terasa.

Orientasi negara Arab, terutama Saudi dan UEA, mulai bergeser ke China dan Rusia, ketika AS secara membabibuta berusaha mendikte Timur Tengah menyusul perang Rusia-Ukraina.

Gelagat itu semakin menguat ketika Saudi dan beberapa negara Timur Tengah tertarik untuk bergabung blok ekonomi BRICS.

BRICS diinisiasi Brazil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan. Aliansi ini berusaha membuat skema ekonomi dan perdagangan baru yang setara dan saling menguntungkan.

Hal yang tidak diperoleh dari forum negara maju di G7 (dulu G8 sebelum Rusia didepak dari keanggotaan).

Negara-negara Timur Tengah berada di posisi tidak mudah, ketika harus menjaga keseimbangan antara AS dan sekutunya, dan menghadapi keganasan Israel di Palestina, yang mengusik emosi masyarakat kawasan itu.

Sementara Iran mulai muncul sebagai kekuatan yang mampu menandingi agresifitas Israel, dan memiliki pengaruh semakin kuat di peta politik kawasan.

Apakah hegemoni AS dan sekutunya sudah habis? Tentu saja belum. AS masih memiliki kunci-kunci penting yang bisa digunakan untuk membuat negara-negara teluk kembali tunduk.

Nyaris semua negara di kawasan itu memiliki ketergantungan tinggi terhadap produk senjata dan produk militer lain buatan AS dan barat.

Pemerintahan di kawasan teluk Arabia juga didominasi keluarga-keluarga kaya, yang takut jika revolusi musim semi menyapu mereka dari kemapanan.

Mereka secara alamiah masih memerlukan perlindungan, yang sejauh ini masih bisa diperoleh dari AS dengan kekuatan globalnya.(Setya Krisna Sumarga/Editor Seniot Tribun Network)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini