Tapi para elite elang penganjur perang (hawkish) di Washington dan Brussel, markas Uni Eropa, menghendaki perang Ukraina vs Rusia berlanjut.
Terlebih Vladimir Putin telah terpilih kembali sebagai Presiden Rusia lewat Pemilu beberapa waktu lalu. Ini mimpi buruk buat NATO dan Uni Eropa.
Pada akhirnya, posisi politik, geopolitik, serta ambisi barat untuk menghancurkan Rusia menemukan jalan lewat aksi teror sangat keji ke Crocus City Hall Moskow.
Teror hakekatnya ingin memantik ketakutan massal, melemahkan pihak yang diserang, dan target akhirnya kekalahan lewat cara serampangan ini.
Tapi para pendesain operasi teror ke Crocus City Hall Moskow ini agaknya salah kalkulasi. Mereka bukan menghadapi rezim Irak atau Suriah yang lemah kala itu.
Mereka menghadapi Rusia yang kini sangat kuat, memiliki akar sejarah patriotik hebat, dan keunggulan moril maupun politik dalam pertempuran melawan Ukraina.
Pidato Vladimir Putin merespon serangan ke Crocus City Hall, sikap dinginnya, serta kecepatan intelijen Rusia memburu para pelakunya, hanya indikasi awal akan ada pembalasan dahsyat.
Jelas, Moskow akan meminggirkan narasi ISIS di balik serangan ini, yang digelembungkan media barat. Klaim pelakunya ISIS adalah operasi palsu, sebuah false flag Ukraina dan para sponsornya.
Rusia sudah membuktikan mampu membantu Suriah melenyapkan ISIS dari Raqqa, kota yang pernah diklaim sebagai ibu kota Islamic State.
Rusia hadir dan berperan penting melumpuhkan kelompok militan jaringan ISIS di negara-negara Afrika.
Moskow juga membuktikan sikap tanpa kompromi melawan ekstrimis model ISIS di Dagestan, Chechnya, dan wilayah kaukasus lainnya.
Bahwa kemudian diketemukan data para pelaku adalah orang asing, berbahasa Tajik, ekstrimis idologis tertentu, gagap berbahasa Rusia, dan mengaku bertindak keji demi uang, tidak berarti benar ISIS di balik aksi ini.
Seperti halnya sabotase peledakan jaringan pipa bawah laut Nord Stream-2 di perairan Swedia, klaim pelakunya ekstrimis Ukraina adalah versi yang sangat lemah.
Penghancuran pipa Nord Stream-2, seperti ditulis jurnalis senior Seymour Hersh, adalah pekerjaan intelijen militer AS.
Operasi senyap yang melibatkan komunitas kecil intelijen Denmark, Swedia, dan bahkan Jerman. Pengeboman dilakukan para spesialis militer Angkatan Laut AS untuk penyelaman perairan dalam.
Sabotase itu bertujuan melemahkan Rusia, dan juga upaya paksa AS agar Jerman berpaling dari Moskow terkait sumber energi migas untuk industri mereka.
Sekali lagi, serangan brutal teroris ke Crocus City Hall adalah titik baru yang kemungkinan akan mengubah lansekap terkini konflik Rusia-Ukraina.
Pembalasan Rusia kemungkinan akan jauh melampaui perkiraan banyak pihak, termasuk sponsor Ukraina dari kekuatan NATO dan Uni Eropa.(Setya Krisna Sumarga/Editor Senior Tribun Network)