Perang Hibrida Dua Kutub Super Power
Kurang dari 48 jam sebelum Iran melepaskan rudal balistiknya ke Israel, Sergey Ryabkov mengungkapkan, Moskow ‘berhubungan terus menerus’ dengan Iran.
Terutama menyangkut situasi Timur Tengah setelah serangan Israel terhadap konsulat Iran di Damaskus, Suriah.
Ryabkov menambahkan, komunikasi itu terus berlanjut kaitan dengan eksistensi BRICS, aliansi ekonomi negara industri yang dibidani Brazil, Rusia, India, China dan Afrika Selatan.
BRICS menjadi organ pesaing forum G7 yang diisi 7 negara industri yang dipimpin AS. Rusia sebelumnya bergabung di forum (G8) ini tapi dicoret setelah perang Ukraina pecah.
Dalam bahasa Ryabkov, komunikasi Iran dan BRICS tentu saja melibatkan Tiongkok, sebagai pusat baru kekuatan ekonomi, politik, dan militer.
Menurut Ryabkov, apa yang terjadi di Timur Tengah dan semua langkah Israel adalah cerminan kebijakan inti Washington.
Kebijakan yang menjadi akar penyebab tragedi baru, baik di Palestina, Suriah, Irak, Yaman, dan tentu saja Iran.
BRICS yang semula hanya terdiri lina negara, kini berkembang seiring bergabungnya banyak negara di Afrika dan Asia, termasuk Iran.
Meski tidak dinyatakan secara terbuka, keberhasilan peluncuran rudal balistik Iran yang menjangkau ribuan kilometer dari titik keberangatannya, menunjukkan keberhasilan sistem global Iran.
Iran memiliki satelit Noor-2 dan Noor-3 yang memiliki kemampuan penginderaan atau pencitraan dari ketinggian 450 meter di atas bumi.
Kolumnis The Cradle, Pepe Escobar, memaparkan analisisnya, kisah tersembunyi di balik sukses Iran menggempur Israel.
Menurutnya, sistem navigasi satelit Beidou Tiongkok serta sistem GLONASS Rusia memberi andil besar sukses serangan udara jarak jauh ini.
Kalimat Sergey Ryabkov yang menyatakan Moskow ‘berhubungan terus-menerus’ dengan Iran adalah pesan seluruh langkah Iran telah diketahui dan menerima dukungan penuh Rusia.