Ini manuver yang sangat elegan, mengingatkan negara-negara barat akan penguasaan Teheran di Selat Hormuz yang sempit.
Blokade jalur utama minyak ini oleh Iran bisa menghancurkan ekonomi barat maupun masyarakat global.
Fakta yang jauh lebih berbahaya dibandingkan serangan terbatas apa pun terhadap “kapal induk” AS di Asia Barat maupun Timur Tengah.
Aksi itu jauh lebih mengesankan karena nirkorban jiwa, dibanding kekejaman atas nama 'moral' dan dalih membela diri yang dilakukan Israel di Jalur Gaza.
Mereka membunuhi perempuan, anak-anak, dan orang lanjut usia serta membom rumah sakit, masjid, sekolah, universitas, dan konvoi kemanusiaan.
Sangat berbeda dengan serangan strategis Iran yang hanya menargetkan situs-situs penting militer Israel seperti Pangkalan Udara Nevatim dan Ramon di Negev dan pusat intel Israel di Dataran Tinggi Golan.
Kualitas cara dan tujuan benar-benar sangat berbeda antara apa yang dilakukan Israel dan Iran. Bahkan Iran memberi waktu dan kesempatan bagi Israel untuk tahu apa yang akan mereka lakukan.
Peringatan Dini ke AS dan Israel
Iran lebih dulu mengirim pesan ke Washington lewat Kedubes Swiss di Teheran. Radar-radar militer Pentagon pun akhirnya disiagakan.
Karena itu jet-jet tempur AS, Inggris dan kemudian Yordania mencegati rudal dan drone Iran yang melintasi wilayah Irak, Suriah, dan Yordania sebelum mencapai Israel.
Senjata AS lah yang menghancurkan sebagian besar 185 drone Shahed-136, baik dari sistem pertahanan udara di kapal perang maupun jet tempur AS dan Inggris.
Sebagian ditembak jatuh militer Yordania, yang memperlihatkan sikap khianat Raja Abdullah terhadap masyarakat Arab dan dunia.
Yordania masih berdalih apa yang dilakukan adalah tindakan yang tak ada hubungannya dengan Israel.
Mereka hanya bertindak menghadapi objek-objek asing yang masuk tanpa izin ke wilayah udara Kerajaan Hashemite itu.
Sisanya dihadapi sistem kubah besi (Iron Dome) dan pertahanan udara Israel yang kewalahan. Rudal balistik Iran sukses menembus labirin pertahanan udara Israel yang rumit.
Biaya yang ditanggung Israel untuk menahan serangan Iran ini sangat mahal. Satu gelombang operasi menahan serangan Iran itu diperkirakan menelan biaya $ 1,35 miliar.
Lebih dari itu, operasi militer Iran ke Israel benar-benar mengubah papan catur geopolitik Asia Barat dan Timur Tengah.
Barat dipimpin tidak bisa lagi sembarangan memaksakan hegemoninya karena risiko nyata yang akan ditimbulkan.
Menggencet Iran, maka Houthi Yaman bisa dimainkan untuk beraksi di Laut merah. Hizbullah Lebanon bisa mengobarkan perang di Israel utara.
Khataib Hizbullah dan Pasukan Mobilisasi Populer Irak bisa menghantam target-target militer AS di negara itu.
Perang kawasan hanya akan menaikkan harga minyak ke tingkat yang dapat menghancurkan struktur keuangan dunia.
Sistem perbankan AS bisa runtuh jika harga minyak naik hingga $900 per barel jika minyak Timur Tengah dihentikan atau lenyap dari pasar.
Tak mengherankan jika Washington pun mengiming-imingi Houthi Yaman agar meredam aksinya lewat janji-janji menggiurkan pengakuan politik dan aneka konsesi lainnya.
AS meminta bantuan Beijing, Riyadh, dan Ankara, agar menahan Teheran agar tidak melangkah terlampau jauh.
Iran sesungguhnya akan berbeda sikap, seandainya Washington dan Dewan Keamanan PBB memberlakukan gencatan senjata permanen di Gaza untuk menghentikan petaka kemanusiaan.
Iran juga bisa menerima seandainya Washington dan Dewan Keamanan PBB tegas mengutuk dan memperkarakan serangan Israel ke konsulat Iran di Damaskus.
Tapi kedua hal ini tak dilakukan, memaksa Iran tak punya pilihan selain menyerang sebagai upaya balasan yang sah menurut Piagam PBB.
Apakah Iran akan berhenti? Jenderal Mohammad Bagheri, Kepala Staf Umum Angkatan Bersenjata Iran, menjanjikan Iran takkan lagi selalu berdiam diri.
“Kami telah menyampaikan pesan kepada Amerika melalui Kedutaan Besar Swiss, pangkalan-pangkalan Amerika akan menjadi sasaran militer jika digunakan dalam tindakan agresif rezim zionis di masa depan. Kami akan menganggap ini sebagai agresi dan akan mengambil tindakan yang sesuai,” kata Bagheri.
Inilah faktor penting yang memaksa Washington menahan diri, dan benar-benar menekan Israel untuk tidak melakukan aksi balasan ke Iran.
Mantan analis Pentagon, Michael Maloof menunjukkan, militer AS memiliki 35 pangkalan yang praktis mengepung Iran.
Pangkalan-pangkalan itu tersebar mulai dari Qatar, Arab Saudi, Emirat Arab, Bahrain, Oman, Kuwait, Suriah, Irak, Israel, Turki, sejumlah negara di Asia Tengah dan Afrika Utara.
Rudal Iran yang sudah terbukti secara presisi menghantam target di Israel menjadikan semua pangkalan itu ada di jangkauan Teheran.
“Kita mempunyai 35 pangkalan yang mengelilingi Iran, dan mereka menjadi rentan,” kata Maloof.
Semula kehadiran pangkalan-pangkalan itu langkah strategis mencegah atau menangkal kemampuan ofensif Iran.
“Jelas, pencegahan tidak lagi diperlukan dalam hal ini. Sekarang mereka (pangkalan) menjadi kelemahan Amerika karena kerentanan mereka terhadap serangan (Iran),” lanjut Maloof.
Iran telah membuat catatan bersejarah dan sangat penting dengan menyerang langsung Israel. Sebuah pertunjukan udara yang dirayakan gegap gempita di berbagai belahan dunia.
Sebaliknya, pertunjukan itu menjadi panggung bobrok monarki-monarki Arab dan penguasa Turki, yang terus berbisnis dengan Israel di atas penderitaan rakyat Palestina.(Setya Krisna Sumarga/Editor Senior Tribun Network)