TRIBUNNEWS.COM, YOGYA – Unjuk rasa solidaritas Palestina sepekan terakhir bergelombang membesar di kampus-kampus ternama di daratan AS.
Ratusan ribu warga juga menunjukkan dukungan ke Palestina dalam reli aksi di London, Paris, Berlin, New York, Washington, Kanada, dan masih banyak lagi.
Unjuk rasa di berbagai kampus di AS, termasuk aksi membuka perkemahan di dalam kampus, membelalakkan mata banyak orang.
Pengunjukrasa mengutuk kekerasan dan pembunuhan yang dilakukan Israel terhadap rakyat Palestina di Jalur Gaza dan Tepi Barat.
Di kampus-kampus, para mahasiswa dan dosen menuntut penghentian investasi dan kerjasama kampus dengan raksasa-raksasa industri militer AS.
Ketua DPR AS Mike Johnson saat bicara di depan pengunjukrasa meminta mahasiswa kembali ke kelas, dan mengingat orang tua mereka yang susah payah membiayai kuliah.
Perdana Menteri Israel Benyamin Netanyahu menanggapi aksi-aksi solidaritas Palestina di kampus besar AS sebagai sikap antiSemitik.
Pernyataan Netanyahu disambar Bernie Sanders, politisi AS sebagai sikap yang tidak jujur, tidak mau mengakui kenyataan yang terjadi di Israel dan Palestina.
Senator AS Ilhan Omar juga menyatakan hal senada. Bahkan dalam rapat persama Rektor Universitas Columbia, Omar menanyakan apakah pengunjukrasa mengungkapkan sikap anti-Semitik?
Sang Rektor yang tadinya hendak berargumentasi, dipotong Ilhan Omar dan hanya diminta menjawab lugas ya atau tidak. Rektor itu menjawab tidak ada sikap anti-Semitik.
AS memang sedang diguncang respon sivitas akademika kampus-kampus ternama selain Columbia University, aksi massa juga berlangsung di Harvard University, Atlanta dan lain-lainnya.
Apa yang sebenarnya sedang terjadi? Sekuat apakah aksi massa ini akan mengubah sikap dan pendirian AS terhadap kekejaman yang dilakukan Israel di Jalur Gaza?
Perubahan Signifikan Warga Barat
Untuk waktu yang sangat lama, banyak masyarakat di negara barat yang tidak terlibat sama sekali dengan isu-isu yang berasal dari pendudukan Israel di Palestina.