News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Tragedi Rafah Tunjukkan Matinya Semua Perangkat Hukum Internasional di Jalur Gaza

Editor: Setya Krisna Sumarga
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Israel membom tenda pengungsi Palestina di Tal al-Sultan di Rafah, membunuh puluhan orang, sebagian besar wanita dan anak-anak yang dilaporkan terbakar hidup-hidup.

Ratusan warga Israel disandera dan dibawa masuk wilayah Hamas. Peristiwa itulah yang memicu kemarahan Israel.

Operasi militer digelar sejak beberapa waktu setelahnya, dan terus berlangsung tanpa jeda hingga hari ini.

Badan Kesehatan Palestina menyatakan, serangan bertubi-tubi Israel telah menewaskan sekurangnya 34.000 penduduk Palestina di Jalur Gaza maupun Tepi Barat.

Mayoritas korban perempuan, manula, dan anak-anak. Tak terhitung lagi kehancuran infrastruktur di Jalur Gaza.

Permukiman penduduk, sekolah, kampus, rumah sakit, tempat ibadah, pusat layanan kemanusiaan internasional dan badan PBB, diratakan tanah.

Israel berdalih penghancuran dilakukan untuk melumpuhkan infrastruktur bawah tanah yang digunakan Hamas.

Dunia internasional telah mengecam dan mengutuk kekejian Israel yang didukung penuh Washington dan sekutu baratnya.

PBB juga telah menyerukan penghentian perang. Namun berkali-kali resolusi penting untuk menghentikan kekerasan terganjal di Dewan Keamanan PBB.

Sekali lagi, instrumen hukum internasional benar-benar tidak berlaku di Jalur Gaza. Israel menutup mata atas semua tekanan dan upaya menegakkan tata aturan global.

Kejahatan mereka menemukan impunitas, karena mendapat perlindungan dari kekuatan super power.

Secara domestik Israel, sebenarnya muncul konflik tajam, antara pendukung kubu Netanyahu dan kelompok oposisi.

Namun, perbedaan itu tidak menyentuh substansi masalah, kecuali terjadi hanya karena perbedaan cara, pendekatan, dan sudut pandang menangani konflik dengan Palestina.

Suasana sesi pembukaan pertemuan para menteri luar negeri Arab di Markas Besar Liga Arab. Palestina mendesak Liga Arab menggelar sidang luar biasa di tengah cenderung diamnya negara-negara Arab atas aksi genosida Israel yang terus berlangsung di Gaza. (tangkap layar JN/Reuters)

Liga Arab menghadapi problem klasik yang tak pernah terselesaikan, yaitu perbedaan sikap. Arab Saudi, sebagai kekuatan utama dunia Arab, tidak banyak suaranya.

Mereka hanya menegaskan, masalah Israel-Palestina tidak akan selesai jika tidak ada pengakuan atas eksistensi Palestina sebagai sebuah negara.

Halaman
1234
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini