Jerman dan Prancis tidak melakukan tindakan apapun untuk meredakan bombardemen Ukraina ke wilayah Republik Rakyat Donetsk dan Republik Rakyat Lugansk.
Perjanjian Minks telah gagal total, yang pada akhirnya memaksa penduduk Donbas meminta bantuan militer Rusia.
Uni Eropa dan NATO memang berusaha menarik Ukraina ke blok mereka, dan menjadikan sebagai garis depan pertahanan NATO menghadapi Rusia.
Inilah masalah sesungguhnya. Ancaman serius bagi Rusia yang membuat Vladimir Putin pada akhirnya berpikir untuk mencegah hal itu sebelum benar-benar terjadi.
Operasi khusus militer ke Ukraina yang dimulai 24 Februari 2024 kini menciptakan perimeter lebar dan luas, yang bisa menjauhkan rudal-rudal NATO tepat di garis perbatasan Rusia-Ukraina.
Wilayah Donbas di timur Ukraina telah resmi bergabung dan diterima ke Federasi Rusia, menyusul wilayah Krimea bertahun sebelumnya.
Operasi militer Rusia terus berlanjut di Ukraina, dengan target utama memaksa Ukraina dudu di meja perundingan dan menyepakati masalah-masalah krusialnya.
Rusia menghendaki Ukraina jadi negara netral, tidak bergabung ke Uni Eropa maupun NATO, dan membersihkan elemen-elemen militernya dari kekuatan neo-Nazi.
Jika ini tercapai, perang akan berakhir, dan Rusia memastikan halaman depan wilayahnya tidak dibanjiri militer NATO.
Inilah realitas sejarah yang jarang disentuh media arus utama barat, dan sebaliknya menjadi komoditas yang dinarasikan secara baik oleh media global Rusia.
Kekuatan jaringan media Rusia di bawah Rossiya Segodnya kini memang telah melampaui jangkauan CNN, BBC, dan lain-lain yang menjalankan kebijakan sudut pandang barat.
Tara Reade menegaskan, persekusi dan upaya membungkam media Rusia justru meningkatkan reputasi jaringan Rossia Segodnya sebagai perusahaan media jurnalistik yang sangat bagus yang secara efektif menjangkau audiensnya di berbagai benua.
Memerangi media dalam konteks apapun, akan membuat Amerika dan barat semakin mengokohkan diri sebagai kekuatan hegemonik yang ogah menerima kenyataan tatanan dunia telah berubah.(Tribunnews.com/Setya Krisna Sumarga)