Oleh: Apt. Ismail Salim M.,S.Si
Presidium Nasional Farmasis Indonesia Bersatu/FIB
TRIBUNNEWS.COM - Belanda dikenal sebagai salah satu negara dengan strategi pengendalian resistensi antimikroba (AMR) terbaik di dunia.
Pendekatan negara ini sangat holistik, mencakup regulasi komprehensif, akses dan distribusi antibiotik dengan integrasi praktik apoteker dalam sistem kesehatan menyeluruh.
Jika dibandingkan dengan Indonesia, Belanda memberikan pelajaran penting tentang bagaimana pengendalian AMR seharusnya dilakukan.
Namun, Indonesia tampaknya memilih pendekatan minimalis dengan hanya mewajibkan resep untuk antibiotik tanpa membangun infrastruktur dan sistem pendukung komprehensif lain yang diperlukan.
Sistem di Belanda: Ketat, Terintegrasi, dan Efektif
Peran Apoteker sebagai Gatekeeper:
Di Belanda, akses antibiotik hanya dapat diperoleh di apotek (apotheek), diverifikasi dan dievalusai oleh apoteker (apotheeker) yang berpraktik.
Apoteker memiliki kewenangan untuk hal tersebut dan memberikan edukasi tentang penggunaan antibiotik.
Apoteker tidak hanya berfungsi sebagai pelengkap administrasi, tetapi menjadi bagian penting dalam pengambilan keputusan klinis, memastikan setiap pasien mendapatkan antibiotik yang sesuai dan rasional.
Pendekatan Berbasis Bukti :
Penggunaan antibiotik di Belanda hampir selalu berbasis hasil uji laboratorium seperti kultur bakteri dan diperkuat peta antibiogram.
Hal ini memastikan antibiotik yang diberikan benar-benar efektif terhadap infeksi, serta mempertimbangkan keselamatan pasien dari ketidaktepatan penggunaan antibiotik.
Regulasi Ketat dan Edukasi Publik: