News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Natal dan Aspek Sosial

Editor: Eko Sutriyanto
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

RP Yosafat Ivo Sinaga OFMCap, Pemerhati Kerukunan

Oleh Gus Dur, keragaman didekati dan diolah demi merawat kemajemukan bangsa. Di saat yang sama, kekuatan intoleran di negeri ini terus bekerja tanpa henti, menjadikan perbedaan sebagai justifikasi untuk mempersekusi. (Suara Sosmed, Natal dan Spirit Gus Dur Oleh Aan Anshori)

Natal dan Aspek Sosial

Di tingkatan sosial sudah nyata terjadi relasi lintas agama. Misalnya dalam ruang lingkup kerja.

Sekian tahun orang beda agama telah menyatu dalam suasana pekerjaan dan relasi itu sudah terbangun.

Bagi mereka mengungkapkan selamat Natal adalah hak azasi yang sungguh bermakna.

Dalam kontkeks perkawinan juga kerap terjadi nikah beda Agama. Tentu bagi kedua suami-isteri ini dan juga keluarga asalnya yang berbeda agama mengucapkan selamat Natal adalah hal yang lumrah.

Belum lagi dalam lingkungan masyarakat yang sudah campur sari antara pemeluk agama. Mengapa harus dibatasi dan dikekang dengan palarangan yang bisa membuat relasi yang sudah terbangun bertahun bisa renggang kembali. 

Karena itu saling mengucapkan dan mengunjungi pada perayaan besar keagamaan sudah meruapakan tradisi biasa. Jika dilihat dari substansi dan esensi sosial,

Perayaan Natal dan Hari Raya Muslim seperti Idul Fitri ataupun Idul Adha mempunyai muatan yang sama yakni damai dan kasih antar sesama walau bentuk dan caranya berbeda.

Tujuan yang sama inilah menjadi sarana penyatuan umat yang berbeda dalam tingkatan sosial. Karena itu tidak ada salahnya bisa yang berbeda itu saling memberi ucapan selamat. (Muhammad Fathurrohman dalam tulisan pluralis dan multikulturalis). 

Maka, kita sebagai Kristiani jangan bereaksi berlebihan apabila mendengar, membaca dan melihat spanduk ungkapan haram mengucapkan selamat Natal.

Penghayatan suatu perayaan dan ajaran agama sekali pun bukanlah ditentukan oleh banyak orang mengucapkan dan merayakan tetapi lebih pada “perayaan hati.”

Biarlah riak-riak kecil itu menambah penghayatan iman dan menambah keagungan dan kekusukan merayakan kelahiran Yesus Kristus.

Ingatlah Yesus bukan lahir dalam perayaan tetapi dalam hati, dalam diri dan dalam hidup. Dan Ia yang lahir di kandang domba berharap agar perayaan kelahiran-Nya dirayakan secara sederhana sembari berbuat sesuatu bagi orang miskin, hina dan papa.

Selamat mempersiapkan hati merayakan Natal. Salam kasih dan damai sejahtera.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini