Sedangkan sang isrti yang bernama Sipon, hidup di Solo bersama dua anaknya. Hidup Sipon tak tenang tiap harinya, rumah yang selalu di awasi oleh polisi menjadi tekanan dalam hidupnya.
Film ini mencertiakan tentang bagaimana pelarian sosok Wiji Thukul yang menjadi buronan. Film yang berdurasi kurang lebih 1 jam ini lebih banyak menampilkan keheningan yang mencekam. Bagi sebagian orang, film ini membosankan, tapi jangan salah loh Tribunners, bagi orang-orang yang telah membaca puisi-puisi Wiji Thukul pasti film ini mewakili bagaimana rasa cemas, putus asa hingga takut pada masa-masa orde baru saat itu.
Nah, itu dia Tribuners film-film dimana bercerita tentang memperjuangkan kebenaran dan keadilan di suatu negara. Yuk untuk seluruh masyarakat yang sedang menyuarakan aspirasi dihadapan pemerintah, jangan lupa untuk menjaga keselamatan, tidak anarkis dan mari untuk bersama-sama menyalurkan aspirasi dengan damai. Love and Peace! (*)
Penulis: Siti Anisah Nabilah