Produksi Kakao Lampung Anjlok 40 Persen
Produksi kakao pada Mei 2013 mengalami penurunan hingga 40 persen dibanding bulan sebelumnya.
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, LAMPUNG -- Produksi kakao pada Mei 2013 mengalami penurunan hingga 40 persen dibanding bulan sebelumnya. Penurunan produksi terjadi karena masa panen raya kakao telah lewat.
Pada masa panen raya yang berlangsung sekitar satu bulan, petani bisa memetik hasil sebanyak 200 kilogram (kg) per minggu untuk setiap satu hektare luas lahan. Kini, petani rata-rata hanya bisa memanen sebanyak 100-120 kg per minggu.
Menurut petani kakao asal Lampung Tengah Agus Tito, penurunan hasil panenan kakao bakal terus merosot setiap minggunya, seiring dengan berakhirnya masa panen raya. Biasanya, kata dia, hasil panen akan menurun 20 persen setiap pekannya. "Pekan lalu panen sudah merosot 40 persen. Pekan ini hasil panen diprediksi turun lagi jadi 50-60 persen dari hasil saat panen raya," kata Agus, Senin (27/5/2013).
Agus menjelaskan, produksi panen raya tahun ini relatif lebih rendah dibanding tahun lalu. Salah satu penyebabnya, kata Agus, karena dampak musim kemarau yang lebih panjang pada tahun lalu. "Tahun lalu musim hujan datang sekitar bulan Desember. Padahal tahun sebelumnya, awal November sudah masuk musim penghujan. Akibatnya tanaman kakao telat berbunga dan berdampak pada penurunan produksi," kata dia.
Selain karena pengaruh musim, kata Agus, penurunan produksi juga terjadi karena adanya penyakit busuk buah dan hama ulat yang menyerang daun dan batang tanaman, sehingga menyebabkan daun menguning dan akhirnya kering. Ia menjelaskan, pada kondisi normal seperti tahun sebelumnya, proses pembuahan kakao berlangsung sejak Desember yang ditandai dengan munculnya bunga. Akibat durasi musim kemarau yang lebih panjang, proses pembuahan menjadi terhambat dan melambat dibanding tahun lalu.
Hal senada diungkapkan Sucipto. Petani asal Lampung Tengah mengatakan, kemarau yang berlangsung lebih lama membuat banyak tanaman kakao miliknya kering pada sebagian batang dan ranting, serta rontok daun-daunnnya. "Mungkin karena banyak dahan dan daunnya mengalami kekeringan, produksinya jadi turun. Tapi bisa jadi karena pengaruh pemangkasan ranting dan dahan yang terlambat dilakukan, makanya pembuahannya juga jadi tidak maksimal," imbuh Sucipto.
Menurut Sucipto, jika dibandingkan dengan produksi kakao pada periode yang sama tahun lalu, produksi kakao di lahan miliknya saat ini tergolong lebih rendah. Pada tahun lalu, memasuki panen raya pada minggu keenam, Sucipto mengaku bisa memanen kakao sebanyak 150 kg per hektare per pekan. "Sekarang paling banyak 120 kg," katanya.
Berdasarkan data Dinas Perkebunan Provinsi Lampung, luas lahan kakao pada 2010 mencapai 45.600 hektare. Lahan terluas berada di Kabupaten Tanggamus 14.057 hektare dengan produksi mencapai 7.530 ton atau produktivitas lahan sebesar 974 kg per hektare. Produktivitas kakao terbesar mencapai 1.301 kg per hektare di Kabupaten Tulangbawang.(her)