Kredit Kendaraan di Sulsel Melambat
Kredit kendaraan di wilayah ini secara umum melambat sejak pemberlakuan aturan financing to value (FTV) tersebut.
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, MAKASSAR -- Penerapan kebijakan Bank Indonesia (BI) yang mengatur besaran minimum uang muka atau down payment (DP) kendaraan bermotor berdampak pada kredit kendaraan bermotor (KKB) di Sulawesi Selatan (Sulsel).
Deputi Kepala Perwakilan BI Wilayah I Sulawesi, Maluku, dan Papua (Sulampua) Grup Ekonomi dan Keuangan, Causa Iman Karana, Selasa (18/2/2014), mengatakan, kredit kendaraan di wilayah ini secara umum melambat sejak pemberlakuan aturan financing to value (FTV) tersebut.
Menurutnya, perlambatan kredit, khususnya untuk kepemilikan kendaraan roda empat, mulai terasa sejak Juli 2013. Dimana kredit mobil melalui perbankan di Sulsel per Juni tercatat sekitar Rp 2,85 triliun. Pertumbuhan dibulan-bulan selanjutnya melambat.
Bahkan kredit kepemilikan sepeda motor justru menurun dibandingkan sebelumnya. . Berbeda dengan kredit kendaraan roda enam atau lebih dan lainnya yang justru terus meningkat sepanjang tahun lalu.
“Kalau kendaraan roda enam atau lebih memang tidak terpengaruh kebijakan DP. Karena inikan untuk mendukung usaha dan transportasi. Sehingga ketika investasi di wilayah ini tumbuh maka penjualan mobil roda enam atau lebih juga meningkat,” jelasnya.
Terpisah, Head Division Marketing PT Bosowa Berlian Motor, Arief Galib, mengakui jika kebijakan BI atas minimum uang muka kredit tersebut memang membuat pertumbuhan pasar mobil khususnya Mitsubishi melambat tahun 2013 lalu.
“Sebagian besar kan pembelian mobil Mitsubishi itu lewat kredit sehingga memang dengan aturan minimum uang muka memberikan pengaruh khususnya untuk mobil roda empat,” ujarnya.
Sejumlah lembaga pembiayaan di Makassar mengoreksi target pertumbuhan kredit kendaraan bermotor tahun ini. Kepala Kantor Kredit Kendaraan Bermotor (KKB) BCA, Andi Junior, mengatakan, pihaknya merevisi target pertumbuhan sebesar 25 persen.
Berbagai faktor menjadi penyebab seperti kondisi perekonomian, pembatasan DP, kenaikan BI rate atau suku bunga acuan, hingga kondisi daerah bertepatan momen pemilihan umum (pemilu).
“Tahun ini kami sengaja mengoreksi target, namun kami tetap menggenjot pasar melalui peningkatan pelayanan dan berbagai kemudahan bagi masyarakat. Apalagi pertumbuhan kendaraan tetap tinggi,” kata Junior, belum lama ini.
Sedangkan, Astra Credit Companies (ACC) memilih mempertahankan target pertumbuhan sekitar Rp 1 triliun hingga akhir tahun ini. Branch Manager ACC Makassar, Adhi Sebayang, mengakui, pencapaian target tersebut tidaklah mudah.(han)