Jika Rupiah Loyo Berkepanjangan ROTI Bakal Mengerek Harga Jual
jika rupiah konsisten melemah berkepanjangan, perusahaan itu akan mengerek harga jual produk
Editor: Budi Prasetyo
TRIBUNNEWS.COM.JAKARTA. Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) akhir-akhir ini membuat sejumlah pelaku usaha yang banyak mengandalkan bahan baku impor ketar-ketir. Seperti kita tahu rupiah gemar bertengger di atas Rp 12.200 per dollar.
Salah satu pelaku usaha yang tergantung impor adalah PT Nippon Indosari Corpindo Tbk . Hanya saja perusahaan itu mengklaim, masih merasa beruntung saat rupiah loyo. Rupanya, perusahaan berkode ROTI di Bursa Efek Indonesia itu melakoni strategi pembelian bahan baku dengan kontrak jangka panjang.
Hal inilah yang membikin harga pembelian bahan baku impor seperti gandum, tak fluktuatif. Sayang, perusahaan itu tak menyebutkan rentang kontrak jangka panjang yang dimaksud dan level rupiah dalam kontrak jual-beli itu.
Yang pasti, produsen roti merek Sari Roti itu mengaku tak mengimpor langsung bahan baku. Perusahaan itu memilih menjalin kerjasama dengan dengan pemasok.
Mengintip informasi dalam laporan keuangan per Juni 2014, PT Indofood Sukses Makmur Tbk adalah satu-satunya pemasok dengan nilai penjualan bahan baku kepada Nippon Indosari lebih dari 10% terhadap penjualan bersih. Dalam nilai, tercatat Rp 143,61 miliar.
Sekretaris Perusahaan Nippon Indosari Corpindo Stephen Orlando pun menegaskan perusahaannya tak terpengaruh oleh melemahnya rupiah tersebut. "Untuk saat ini belum terlihat dampak yang signifikan. Seluruhnya biaya produksi dalam mata uang rupiah," ujarnya kepada KONTAN, Senin (6/10/2014).
Nippon Indosari pun meyakini mampu mengejar target pertumbuhan penjualan tahun ini sebesar 20%-25% dari tahun lalu. Jika penjualan tahun 2013 adalah Rp 1,50 triliun, berarti penjualan 2014 sekitar Rp 1,80 triliun-Rp 1,88 triliun.
Bisa terpengaruh juga
Optimisme perusahaan itu bertolak dari strategi peningkatan produksi pasca menambah lima hingga 10 lini produksi. Hitungan perusahaan itu, penambahan lini produksi bisa mengerek produksi 7,65%, atau menjadi empat juta potong roti per hari. Selain itu, hingga bulan ini, Nippon Indosari telah mengoperasikan dua pabrik anyar di Purwakarta, Jawa Barat dan Cikande, Banten.
Di luar dua pabrik anyar itu, Nippon Indosari memiliki delapan pabrik lain dengan kapasitas produksi beragam. Tiga pabrik roti dengan kapasitas terbesar ada di Pasuruan, Jawa timur (756.391 roti per hari), pabrik Semarang, Jawa Tengah (566.783 roti per hari) dan pabrik Medan, Sumatra Utara (555.302 roti per hari).
Meski mengaku tak mengalami dampak pelemahan rupiah, catatan beban pokok penjualan Nippon Indosari pada semester I-2014 menunjukkan fakta lain. Paling tidak, dalam periode itu, pengeluaran Nippon Indosari untuk membeli bahan baku dan kemasan naik 20,89% menjadi Rp 327,27 miliar. Sementara biaya bahan baku dan kemasan pada semester I-2013 hanya Rp 270,70 miliar.
Nippon Indosari juga tak memungkiri jika rupiah konsisten melemah berkepanjangan, perusahaan itu akan mengerek harga jual produk. "Pelemahan rupiah tersebut akan membuat peningkatan biaya produksi yang tidak dapat dihindari sehingga kami pun akan menaikan harga jual produk," ujar Stephen.
Hanya, Stephen tak membeberkan level rupiah yang masih ditoleransi oleh Nippon Indosari. Plus, persentase kenaikan harga jual produknya.
Mengutip Bloomberg, rupiah di pasar spot pada Senin (6/10) pukul 18.30 wib tercatat Rp 12.212. Dalam periode sejak akhir tahun lalu alias year to date, memang itu bukan level terendah. Level terendah pada periode itu adalah Rp 12.240 (3/2).(KONTAN / Febrina Ratna Iskana )