Tabrak Burung, Alasan Lion Air Delay Lama
Ada tiga pesawat yang mengalami gangguan menabrak burung
Penulis: Adiatmaputra Fajar Pratama
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Maskapai PT Lion Air mengungkapkan alasan terjadi penundaan penerbangan dari hari Rabu akibat menabrak burung. Pesawat yang menabrak burung akhirnya mengalami penundaan penerbangan, karena harus diperiksa mesinnya.
Direktur Umum PT Lion Air Edward Sirait menjelaskan pada Rabu (18/2) ada tiga pesawat yang mengalami gangguan menabrak burung. Tiga pesawat tersebut berada di Jakarta dan Semarang
"Burung di Semarang, waktu pilot landing ada indikator nggak bisa tahu kejadiannya dimana," ujar Edward di kantor pusat Lion Air, Senin (23/2/2015).
Edward membuktikan bahwa burung menjadi alasan Lion Air delay, dari bau bangkai burung yang ditemukan pada bagian luar pesawat. Selain itu ditemukan bulu burung di pesawat Lion Air setelah mendarat.
"Ketemunya di Semarang bau daging, memang ada bulu burung, tapi tidak bisa di klaim di Bandara Semarang karena kejadian diatas. Di Cengkareng juga ditemukan secara fisik, yang jelas pas landing normal," papar Edward.
Edward menjelaskan setelah menabrak burung, pesawat Lion Air mengalami getaran. Jika hal tersebut terjadi, Lion Air tidak menerbangkan pesawat sampai pemeriksaan dan perbaikan selesai.
"Terjadi indikator itu kita bisa pastikan kejadian disitu, ada indikasi vibrate blitz engine, kami sendiri nggak tahu kejadiannya dimana," ungkap Edward.
Edward pun mengaku akibat dari menabrak burung, Lion Air tidak cepat mengambil keputusan untuk membatalkan jadwal penerbangan.
"Proses pengambil keputusan di Cengkareng kurang tegas dibatalkan, berlaurt-larut," kata Edward.
Edward menambahkan bahwa untuk mengantisipasi penundaan yang panjang, Lion Air mengambil pesawat yang siap lepas landas. Namun hal tersebut membutuhkan proses, sehingga delay yang terjadi hari Rabu berdampak kepada penerbangan hari Kamis dan Jumat.
"Bisa ditutupi cadangan yang ada, dari satu parkir ke lain, dan proses butuh waktu lebih dari 5 jam, situasi tidak terkendali," jelas Edward.