Proyeksi S&P : Peringkat Utang Indonesia Berpotensi Naik
S&P mengubah proyeksi utang Indonesia atas peringkat BB+, satu notch di bawah level layak investasi terendah
Editor: Budi Prasetyo
TRIBUNNEWS.COM.JAKARTA- Standard &Poor's (S&P) mengubah proyeksi utang Indonesia atas peringkat BB+, satu notch di bawah level layak investasi terendah.
Outlook berubah dari stabil menjadi positif berkat kebijakan finansial terbaru pemerintah berikut performa keseluruhan Indonesia, demikian keterangan S&P. Perubahan proyeksi menjadi positif mengisyaratkan potensi kenaikan level dalam 12 bulan.
S&P menyatakan, perkembangan kredibilitas kebijakan demi memperkuat ketahanan moneter serta pengelolaan sektor finansial sebagai dua di antara penilaian kenaikan outlook.
“Kami memprediksi tindakan ini bakal memperkuat prospek pertumbuhan dan kekuatan eksternal Indonesia,” kata S&P dalam pernyataan pers yang dirilis.
S&P hanya satu-satunya dari tiga lembaga pemeringkat internasional yang menilai utang pemerintah Indonesia dalam level sampah (junk). Fitch Ratings menaikkan peringkat Indonesia ke level layak investasi pada Desember 2011. Sebulan kemudian, Moody’s memberlakukan peringkat yang sama.
Menurut S&P, kenaikan peringkat utang Indonesia dalam setahun mendatang bergantung pada kemampuan pemerintah memperkuat cara membelanjakan anggaran. Upayanya termasuk memungkinkan pelonggaran penyesuaian harga bahan bakar, ketimbang menggunakan anggaran guna mendanai subsidi. Pemerintah juga diharapkan dapat mengalokasikan investasi publik secara lebih efisien.
Citigroup menduga kuat S&P bakal menaikkan peringkat utang Indonesa sebanyak satu notch menjadi BBB. Namun, dampaknya terkait penarikan investasi ke Indonesia—yang sangat dibutuhkan demi mendanai target infrastruktur ambisius pemerintah—barangkali tak terlalu “signifikan.”
Nomura, perusahaan finansial berbasis Jepang menyebut alasan perubahan proyeksi “tak mendasar.” Mereka memperkirakan tak bakal ada penguatan level. Sebab, Nomura tak yakin Indonesia dapat memenuhi persyaratan kenaikan peringkat S&p dalam setahun mendatang.
Sementara itu, pujian bagi pemerintahan Presiden Joko Widodo datang dari Presiden Bank Dunia Jim Yong Kim pekan lalu. Hari itu sekaligus mengakhiri kunjungan dua harinya di Jakarta.
Bagaimanapun menurut Kim, Indonesia mesti secepatnya memperkuat infrastruktur demi memenuhi target pertumbuhan ekonomi terkini. Ia menilai perbaikan rute transportasi, listrik dan sektor lain yang menghadapi hambatan logistik akan memperkuat pertumbuhan Indonesia sebesar 2% secara tahunan.
Perekonomian Indonesia tumbuh hanya 4,7% dalam Kuartal I, laju terendah dalam lebih dari lima tahun. Lambannya pemulihan ekonomi global memang menjadi salah satu pemicu utama. Namun, pemerintah juga bertanggung jawab lantaran lambat membelanjakan anggaran. (The Wall Street Journal)