Kiat-kiat Toyota Memasuki Era Global
Toyota membawakan materi berjudul Globalization and Toyotas Management Mind dihadapan 250 mahasiswa S1 dan S2 Universitas Budi Luhur
Penulis: Toni Bramantoro
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Dalam Japanese Seminar Series yang digelar Universitas Budi Luhur, hari Sabtu lalu, bertujuan memberikan pembekalan kepada mahasiswa untuk dalam memasuki Era Global.
Dalam seminar itu, Toyota membawakan materi berjudul "Globalization and Toyota’s Management Mind" dihadapan 250 mahasiswa S1 dan S2 Universitas Budi Luhur.
Ketua Pengurus Yayasan Budi Luhur Cakti, Kasih Hanggoro,MBA menyambut gembira acara ini.
"Mahasiswa harus dibekali tentang keberadaan dan cara kerja perusahaan global seperti di perusahaan Jepang, mereka juga harus bekerja dalam tim, tidak bersikap egois dan individualis , agar mereka dapat berprestasi namun tetap menjunjung tinggi keluhuran budi," kata Kasih Hanggoro dalam sambutannya.
Sementara itu, hadir juga Presiden Direktur PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia, Mr. Masahiro Nonami yang mengatakan bahwa sebelum era global datang, pimpinan Toyota telah melihat era itu akan tiba.
"Maka berdasarkan tujuan awal didirikan perusahaan, kearifan lokal yang dimiliki budaya kerja Jepang, dibuatkan Toyota Global Vision. Visi ini bertujuan perusahaan, yaitu mewujudkan “better vehicle, better city, better society”; Filosofi perusahaan yaitu berkontribusi pada pembangunan dan kesejahteraan negara; dan Cara Toyota bekerja yang disebut The Toyota Way," tuturnya.
Masahiro Nonami menjelaskan The Toyota Way merupakan nilai-nilai manajemen dan metoda bisnis.
"Melalui tahapan-tahapan manajemen, The Toyota Way disosialisasikan dan dijadikan pegangan cara bekerja sehari-hari bagi semua lapisan karyawan hingga menjadi budaya perusahaan. Dengan itu semua, saat ini Toyota eksis di 160 negara di seluruh dunia, dengan penjualan tertinggi di Amerika Serikat, kedua Jepang, ketiga China dan keempat Indonesia," urainya.
Lebih lanjut Nonami mengatakan, The Toyota Way antara lain berisi 2 budaya kerja Jepang, yaitu Kaizen, yaitu perbaikan terus menerus dan Genchi Genbutsu, yaitu mendatangi sumber masalah untuk menemukan fakta yang di gunakan untuk membuat keputusan, membangun konsensus dan mencapai tujuan dengan kecepatan terbaik.
Untuk menerapkan ini tidak mudah dan mengalami banyak tantangan, tetapi untuk menjadikan Toyota sebagai Global Company, kami dituntut untuk mampu melakukan ini," paparnya.
Untuk mewujudkan Toyota Global Vision, sebagai salah satu pimpinan Toyota, Nonami mengalami beberapa tantangan.
Dicontohkan bahwa sebuah mobil memiliki 20.000 – 30.000 bagian. Bagian-bagian ini diproduksi oleh berbagai perusahaan di seluruh dunia yang diatur dalam suatu rantai suplai. Bila ada 1 saja bagian tidak terproduksi dengan kualitas yang memenuhi kualifikasi Toyota, maka seluruh produksi mobil itu harus dihentikan.
Nonami pernah menghentikan produksi Fortuner di Indonesia ketika Jepang dilanda gempa bumi dan tsunami 2011.
Bencana itu menyebabkan 1 spare part dari Fortuner, yaitu pegangan tangan penumpang dalam mobill yang diproduksi di daerah bencana itu terhenti.
"Tetapi ini harus dilakukan karena Toyota tidak mau menjual mobil tanpa pegangan tangan," tandas Nonami.
Ketika bertugas di Amerika, Nonami pernah juga menghentikan produksi karena ada spare parts rem yang tidak memenuhi kualifikasi Toyota. Ini prinsip Kaizen. Spare parts itu harus diperbaiki dulu sebelum produksi mobil dilanjutkan.
Ketika keputusan itu diambil, maka Nonami harus menghadapi perlawanan dari asosiasi pekerja. Karena harus menerapkan Genchi Genbutsu, maka dia harus turun ke lapangan menyelesaikan demo pekerja ini.
Kepada generasi muda Indonesia, Nonami memberikan pesan bahwa orang muda harus mempunyai mimpi dan harapan untuk berhasil.
Lalu lakukan usaha nyata. Hal yang penting dalam memasuki era global adalah bekerjalah dalam tim. Tidak akan ada 1 orang pun mampu menembus globalisasi bila bekerja secara individu.