Kehadiran Kereta Api Cepat Tidak Bisa Ditunda
Pembangunan kereta cepat Bandung-Jakarta merupakan kebutuhan yang tidak bisa ditunda lagi.
Editor: Sanusi
“Kehadiran kereta cepat ini, akan menumbuhkan kota baru (new town), di wilayah Jawa Barat,” tegas Wianda.
Selain itu, tutur Wianda, multiplier effect juga bukan hanya dirasakan dengan lahirnya sentra ekonomi baru, tetapi juga keterlibatan BUMN dalam proyek tersebut. Sinergi BUMN akan menjadi kekuatan terealisasinya proyek dan muaranya akan memberikan keuntungan bagi negara.
Sementara itu, Kepala Bagian PT Perkebunan Nusantara (PTPN) VIII/Staf Khusus High Speed Train (HST) Hendra Mardian mengatakan sejak 2008 ketika pembangunan tol Jakarta-Bandung, produksi teh di Walini terus mengalami penurunan bahkan kerugian.
Sejak itu juga, PTPN VIII berpikir untuk melakukan ekspansi bisnis memanfaatkana lahan dan rancangan yang ada, misalanya dengan masuk ke sektor properti dan sebagainya.
Maka, kata dia, ketika proyek kereta cepat Bandung-Jakarta digagas dan menjadikan lokasi PTPN VIII, Walini, sebagai daerah transit, sejalan dengan program ekspansi bisnis yang akan dilakukan sekaligus sinergi BUMN. “Kerja sama ini, akan memberikan nilai tambah bukan hanya bgai PTPN tetapi juga bagi bangsa ini,” ujarnya.
Kawasan perkebunan teh Walini seluas 2.900 hektare, akan menjadi daerah transit dan menjadi kawasan sentra ekonomi baru yang akan tumbuh dengan kehadiran kereta cepat tersebut. Bahkan ke depan, jika memang dibutuhkan, akan ada penambahan lahan , lebih besar lagi mencapai 10.000 hektrare.
Rencananya, Presiden Joko Widodo akan melakukan ground breaking proyek kereta api cepat yang membutuhkan investasi sekitar 6,2 miliar dollar AS ini di Walini, pada 21 Januari 2016.