OPEC Waspadai Dampak Kemenangan Donald Trump Pada Harga Minyak
"Untuk urusan minyak, dampak saat ini hanya dari sisi psikologis, yang masih berubah-ubah," ujar Widhyawan
Penulis: Adiatmaputra Fajar Pratama
Editor: Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pemilu Amerika Serikat resmi memenangkan Donald Trump dari Partai Demokrat sebagai Presiden Amerika Serikat ke-45.
Hal itu pun menuai pro dan kontra terhadap para pelaku usaha dari berbagai sektor di Indonesia.
Gubernur Organization of The Petroleum Exporting Countries (OPEC) untuk Indonesia Widhyawan menilai kemenangan Trump mempengaruhi sisi psikologis harga minyak saja.
Kendati demikian harga komoditas tersebut masih anjlok di kisaran 50 dollar AS per barrel.
"Untuk urusan minyak, dampak saat ini hanya dari sisi psikologis, yang masih berubah-ubah," ujar Widhyawan saat dihubungi wartawan, Minggu (13/11/2016).
Widhyawan memaparkan secara fundamental harga minyaknya sebenarnya tidak berubah. Hal tersebut disebabkan akibat pasokan minyak dari berbagai dunia masih melimpah ruah.
"Kondisi pasar masih over supply, sehingga harga cenderung lemah," ungkap Widhyawan.
Pria yang akrab dipanggil Wawan menjelaskan harga minyak akan menguat jika permintaan meningkat. Faktor tersebut sangat tergantung pada pertumbuhan ekonomi global atau supply turun.
"Misal jika negara anggota OPEC beserta beberapa produsen utama non-OPEC, misalnya Rusia setuju mengurangi produksi," kata Wawan.
Gubernur OPEC untuk Indonesia itu tidak berspekulasi apakah produksi minyak di dunia akan turun atau tidak.
"Nah pertanyaannya apakah mereka akan mengurangi produksi. Jawabannya: kita lihat sama-sama nanti hasil Sidang OPEC tanggal 30 November ya," papar Wawan.