Tahun Depan Rupiah Diperkirakan Banyak Tertekan oleh Kenaikan Berulang Suku Bunga The Fed
"Dampak dari pengetatan kebijakan moneter AS tersebut diperkirakan akan mendorong pelemahan nilai tukar rupiah"
Penulis: Seno Tri Sulistiyono
Editor: Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Laju nilai tukar rupiah terhadap dolar AS diperkirakan akan kembali tertekan, seiring adanya rencana Bank Sentral AS (The Fed) menaikkan suku bunganya tahun depan sebanyak tiga kali.
Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan, keputusan kenaikan suku bunga Bank Sentral AS sebesar 25 basis poin pada Desember ini sudah diperkirakan sebelumnya, seiring kuatnya sektor tenaga kerja AS dan membaiknya pertumbuhan ekonomi AS.
Selain memutuskan kenaikan suku bunganya, kata Josua, The Fed juga mengisyarakatkan untuk melanjutkan pengetatan kebijakan moneter pada tahun depan, dari sebelumnya dua kali kenaikan menjadi tiga kali kenaikan.
"Dampak dari pengetatan kebijakan moneter AS tersebut diperkirakan akan mendorong pelemahan nilai tukar rupiah, serta koreksi di pasar keuangan, baik di pasar saham dan obligasi," tutur Josua, Jakarta, Kamis (15/12/2016).
Meski begitu, Josua memperkirakan tekanan eksternal tersebut dapat tertahan dengan akan membaiknya fundamental ekonomi Indonesia pada tahun depan, yang dapat menarik minat investasi.
"Kebijakan fiskal yang semakin kredibel ditunjukkan dengan APBN yang feasible, tentunya akan mendorong kenaikan soverign rating Indonesia oleh S&P pada tahun depan," ucapnya.
Berdasarkan data Bloomberg sekitar 14.57 WIB, rupiah melemah 102 poin atau 0,77 persen ke level Rp 13.396 per dolar AS.