Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Harga Gas Berpotensi Naik Dipicu Alasan Ini

"Biaya regasifikasi tersebut sangat mahal dan tidak lazim. Ini akan membuat harga gas di lapangan menjadi tinggi.”

Penulis: Adiatmaputra Fajar Pratama
Editor: Choirul Arifin
zoom-in Harga Gas Berpotensi Naik Dipicu Alasan Ini
TRIBUN/HO
Floating Storage Regasification Unit (FSRU) Perusahaan Gas Negara (PGN) Lampung menerima kargo LNG kedua dari Kilang LNG Tangguh, di Pantai Labuan Maringgai, Lampung, Minggu (24/4/2016). Kargo kedua ini adalah bagian dari 1,1 juta meter kubik LNG dari Tangguh yang akan masuk ke FSRU Lampung tahun ini. Setelah mengalami regasifikasi di FSRU Lampung, gas ini akan disalurkan untuk memenuhi kebutuhan konsumen di Jawa Bagian Barat dan Sumatera Bagian Selatan. FSRU PGN Lampung juga disiapkan untuk mendukung pasokan energi bagi program listrik 35 ribu MW. TRIBUNNEWS/HO 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Direktur Eksekutif Energy Watch Indonesia (EWI) Ferdinand Hutahaean menilai biaya pembuatan fasilitas Floating Storage Regasification (FSRU) Lampung sangat mahal, mencapai 3,4 dollar AS per MMBTU.

Hal itu dia klaim akan membuat harga gas di lapangan menjadi melambung.

"Biaya regasifikasi tersebut sangat mahal dan tidak lazim. Ini akan membuat harga gas di lapangan menjadi tinggi,” ujar Ferdinand, Kamis (12/1/2017).

Ferdinand menilai biaya regasifikasi untuk industri semakin mahal di tengah menurunnya harga LNG. Ferdinand berharap pemerintah memperhatikan dua hal yang menjadi penyebab tingginya harga gas.

"Pertama adalah rantai yang panjang melalui banyaknya trader. Dan kedua, terkait dengan biaya produksi, dimana biaya regasifikasi termasuk di dalamnya," ungkap Ferdinand.

Wakil Ketua Komite Tetap Industri Hulu dan Petrokimia Kamad Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Achmad Widjaya mengatakan, biaya regasifikasi merupakan biaya variabel.

Angkanya bisa berbeda untuk setiap perusahaan.

Berita Rekomendasi

Menurutnya, hal itu menurutnya tidak bisa karena dapat menentukan tingkat efisiensi.

Apalagi, tingginya biaya regasifikasi masih harus ditambah toll fee, sehingga semakin membuat FSRU Lampung tidak efisien.

“Harusnya, FSRU bisa menekan, sehingga harganya sama dengan yang lain. Mereka harus mencari formula efisiensi,” jelas Widjaya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas