Bumi Resources Nikmati Kenaikan Harga Batubara, Januari Terkerek Naik di 57 Dollar Per Ton
"ASP ini malah lebih tinggi dibandingkan dengan ASP selama periode 2016," ungkap Direktur dan Sekretaris Perusahaan BUMI Dileep Srivastava
Editor: Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kenaikan harga batubara global turut mengerek harga batubara milik PT Bumi Resources Tbk (BUMI).
Emiten ini mencatat rata-rata harga jual atau average selling price (ASP) batubara senilai US$ 57 per ton sepanjang Januari 2017.
"ASP ini malah lebih tinggi dibandingkan dengan ASP selama periode 2016," ungkap Direktur dan Sekretaris Perusahaan BUMI Dileep Srivastava kepada KONTAN, Jumat (17/2/2017) lalu.
Sepanjang 2016, ASP batubara emiten grup Bakrie itu tercatat US$ 42 per ton. Ini berarti, ASP selama Januari 2017 lalu melonjak 36%.
Pencapaian serupa juga ditorehkan dua anak usaha BUMI, yakni PT Arutmin Indonesia dan PT Kaltim Prima Coal (KPC). ASP batubara Arutmin Indonesia tercatat mencapai US$ 38 per ton, naik 58% dibanding ASP 2016, US$ 24 per ton. Adapun ASP batubara KPC sebesar US$ 66 per ton, tumbuh 30%.
"Kenaikan ini membuat ASP batubara BUMI mendekati benchmark harga batubara US$ 85 per ton," ungkap Dileep.
Dileep belum bisa memberikan detail angka produksi batubara BUMI pada Januari 2017.
Namun, dia memastikan, volume produksi tahun ini akan meningkat 5% hingga 7% dibandingkan dengan realisasi produksi tahun lalu sebesar 87,7 juta ton.
BUMI juga optimistis ASP tahun ini meningkat 30% ketimbang ASP 2016.
Seperti diketahui, tren kenaikan harga batubara global dimulai sejak paruh kedua tahun lalu. Kenaikan harga komoditas ini yang signifikan terjadi pada kuartal terakhir 2016.
Harga batubara acuan pada Oktober 2016 sekitar US$ 69,07 per ton dan di November 2016 melonjak menjadi US$ 84,89 per ton.
Dengan kenaikan harga batubara itu, BUMI memperkirakan, pendapatan bersihnya di 2016 mencapai US$ 101,6 juta.
Jumlah itu lebih baik dibandingkan dengan pendapatan 2015 yang hanya sebesar US$ 40,5 juta, dengan kerugian bersih senilai US$ 2 miliar. Estimasi ini, selain kenaikan ASP, juga lantaran kenaikan volume produksi 2016.
Dileep bilang, penjualan batubara gabungan di 2016 naik 11% year-on-year (yoy) menjadi 87,7 juta ton.
Penjualan ini meliputi penjualan dari tambang Arutmin yang naik 15,3% menjadi 28,6 juta ton dan penjualan Kaltim Prima Coal (KPC) yang meningkat 8,4% jadi 59,1 juta ton.
Tahun lalu, BUMI mendongkrak jumlah batubara yang ditambang sebesar 6,5% menjadi 86,5 juta ton. Khusus di kuartal empat 2016, batubara yang ditambang tumbuh 12,3% jadi 23,8 juta ton.
Bagi investor, harga batubara global yang masih fluktuatif menjadi risiko ketika memutuskan masuk saham BUMI. "Penurunan harga batubara jadi risiko investasi," tulis Sharlita Malik, Analis Samuel Sekuritas. Resiko itu memang terus datang dan pergi.
Sharlita memprediksikan kinerja BUMI tahun ini akan lebih baik.
Ia merekomendasikan buy dengan target Rp 608 per saham. Harga BUMI akhir pekan lalu Rp 362.
Reporter: Dityasa H Forddanta