Pemerintah: Fundamental Ekonomi Indonesia Kuat, Depresiasi Rupiah Tidak Menakutkan
Iskandar mengatakan, dibandingkan tahun 2013, neraca berjalan tahun ini mencapai -3,04% dan itu ang menurutnya bukanlah sebuah krisis.
Penulis: Brian Priambudi
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Brian Priambudi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kemerosotan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang kini terjadi menurut kantor Menko Perekonomian bukanlah sesuatu yang perlu ditakutkan.
Alasannya, funamental ekonomi Indonesia cukup kuat.
Kepala Departemen Internasional Kementerian Koordinator Perekonomian Iskandar Simorangkir mengatakan masyarakat diminta untuk tidak berpikir negatif.
"Kita memang harus siap menghadapi penurunan rupiah. Tidak perlu ditakutkan. Waspada tentu, tetapi ketakutan yang berlebihan itu tidak bagus," ujar Iskandar di acara Forum Merdeka Barat (FMB) 9, Senin (10/9/2018).
Iskandar mengajak publik melihat kembali krisis ekonomi yang terjadi pada 1997-1998 sampai periode sekarang ini.
"Secara historis, ini bukan pertama neraca transaksi berjalan mengalami defisit. Pada 2013, current account defisit -4,24% di triwulan kedua. Hal itu mengakibatkan neraca primer mengalami defisit besar," ujarnya.
Baca: Im Jongos Kisah Kehidupan Jos dari Hidup Jadi OB Sampai Jadi Pengusaha Beromset Miliaran Rupiah
Iskandar mengatakan, dibandingkan tahun 2013, neraca berjalan tahun ini mencapai -3,04% dan itu ang menurutnya bukanlah sebuah krisis.
"Karena ada arus modal masuk atau capital inflow, kondisi itu menjadi tidak masalah," klaim dia.
Baca: Rajin Konsumsi Minyak Ikan Bisa Membuat Ukuran Payudara Makin Membesar
Simorangkir menambahkan, saat ini yang harus diwaspadai adalah iklim global yang penuh ketidak kepastian.
Situasi ini dikhawatirkan bisa memicu capital outflow terjadi.
“Fenomena ketidakpastian ini memang fenomena global. Di Argtentina kondisi ketidakpastian global telah memicu terjadinya krisis menjadi lebih berat. Dari awal Januari, mata uang Argentina terdepresiasi 49,62%. Kalau turki 40,7% depresiasinya. Coba bandingkan dengan kita, depresiasi hanya mines 8,5%,” tegasnya.