Ekonomi AS Melemah, Pasar Modal Indonesia Diprediksi Kembali Bergairah
Schroders Indonesia mengatakan, kondisi perekonomian global masih akan bergejolak seperti tahun 2018 lalu.
Penulis: Ria anatasia
Editor: Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Perusahaan manajemen investasi Schroders Indonesia mengatakan, kondisi perekonomian global masih akan bergejolak seperti tahun 2018 lalu.
Presiden Direktur Schroders Indonesia Michael Tjoajadi menilai, sentimen pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat tak akan seagresif tahun lalu. Hingga 2020 mendatang, kata dia, nilai tukar dolar AS bakal melemah.
Menurut Michael, kondisi tersebut akan membuat para investor memindahkan penanaman modalnya dari negeri Paman Sam ke emerging market di negara-negara berkembang di Eropa dan Asia, termasuk di Indonesia. Artinya, arus modal asing berpotensi kembali lagi ke tanah air.
"Suku bunga di 2019 kemungkinan sudah at its peak, jadi tinggal slowing down saja. Kalau ekonomi AS slowing down di 2019-2020 it means USD melemah, profit menurun," kata dia di Hotel Mulia, Jakarta, Kamis (17/1/2019).
"Artinya orang-orang (investor) di AS berpikir harus keluar dari AS balik ke negara lain. Lihat rupiah menguat, investment ok di 2019. Some foreign investor mulai masuk ke Indonesia, IHSG kita 6400 lebih. Artinya there's a positive tone terhadap investasi di indonesia," tambahnya.
Meski begitu, Michael mengatakan Indonesia perlu waspada terhadap kondisi perekonomian global yang bisa beri dampak ke pasar domestik, khususnya terkait suku bunga acuan bank sentral AS, The Fed dan perang dagang AS-China.
Sikap tersebut, menurutnya, sudah diambil oleh BI yang mengantisipasi keputisan bank sentral AS, The Fed, dengan menaikkan suku bunga bunga BI-7Day Reverse Repo Rate sebanyak enam kali tahun lalu untuk menjaga laju pertumbuhan pasar keuangan Indonesia.
"Jadi kita juga harus lead the curve, naikkin suku bunga kita duluan," ucapnya.
Michael menyebutkan sejumlah tantangan guna membuat ekonomi Indonesia tetap atraktif bagi investor asing. Menurutnya, selain membuat portfolio investment, pemerintah perlu menonjolkan direct investment sehingga arus modal asing bertahan di dalam negeri.
"Tantangan berikutnya berhubungan dengan portofolio, stock atau bond. Gimana likuditas dijaga, good governance orang berinvestasi di bursa dijaga secara baik. Jangan sampai mereka merasa dikhianati, kalau likuiditas besar, sistem bagus, itu bakal bangun trust," pungkasnya.