Indonesia Masuk 10 Besar Industri Bernilai Tambah Tinggi se-Dunia
Peningkatan investasi dan produktivitas manufaktur dapat mendongkrak nilai tambah bahan baku dalam negeri hingga menggenjot ekspor.
Penulis: Ria anatasia
Editor: Fajar Anjungroso
![Indonesia Masuk 10 Besar Industri Bernilai Tambah Tinggi se-Dunia](https://asset-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/ekspor-perdana-di-pelabuhan-kuala-tanjung_20181227_205513.jpg)
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ria Anatasia
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Peningkatan investasi dan produktivitas manufaktur dapat mendongkrak nilai tambah bahan baku dalam negeri hingga menggenjot ekspor.
Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian Haris Munandar mengatakan, tren industri pengolahan dalam negeri semakin baik. Bahkan, Indonesia disebut masuk 10 besar dunia sebagai negara industri yang bernilai tambah tinggi.
"Mengacu data United Nations Industrial Development Organization (UNIDO) pada tahun 2018, dilihat dari sisi manufacturing value added, industri pengolahan kita trennya terus membaik,” kata Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian Haris Munandar, sebagaimana dikutip dari situs Kemenperin, Jumat (18/1/2018).
Baca: Segera Luncurkan Beras Basmati Asli Indonesia, Kementan: Beras Kita Layak Ekspor
"Nilai tambah industri nasional meningkat hingga USD34 miliar, dari tahun 2014 yang mencapai USD202,82 miliar menjadi USD236,69 miliar di tahun 2018. Saat ini, Indonesia masuk 10 besar dunia sebagai negara industri yang bernilai tambah tinggi,” tambahnya.
Indonesia juga berada di peringkat kelima di dunia terkait kontribusi industri terhadap perekonomian negara.
Hal ini berdasarkan data World Bank di 2017 yang menunjukkan bahwa negara-negara industri di dunia kontribusi sektor manufakturnya terhadap perekonomian rata-rata sekitar 17 persen.
Baca: Beberkan '4 Gol Bunuh Diri' Prabowo-Sandi Saat Debat, Adian Napitupulu: Jokowi-Maruf Dapat Skor 10-0
Adapun lima negara yang sektor industri manufakturnya mampu menyumbang di atas rata-rata tersebut, yakni Tiongkok (28,8 persen), Korea Selatan (27 persen), Jepang (21 persen), Jerman (20,6 persen), dan Indonesia (20,5 persen).
Sementara itu, negara-negara dengan kontribusi industrinya di bawah 17 persen, antara lain Meksiko, India, Italia, Spanyol, Amerika Serikat, Rusia, Brasil, Prancis, Kanada, dan Inggris.
"Artinya, Produk Domestik Bruto (PDB) sektor manufaktur Indonesia merupakan yang terbesar di kawasan ASEAN," papar Haris.
Kemenperin mencatat di 2015, sektor industri pengolahan nonmigas menyumbang sebesar Rp2.098,1 triliun terhadap PDB nasional.
Nilainya kemudian meningkat 21,8 persen menjadi Rp2.555,8 triliun di 2018. Nilai ekspor industri pengolahan nonmigas menembus USD130,74 miliar pada 2018. Capaian ini meningkat dibanding tahun sebelumnya sebesar USD125,10 miliar.
"Apabila melihat indeks daya saing global, yang saat ini diperkenalkan metode baru dengan indikator penerapan revolusi industri 4.0, peringkat Indonesia naik dari posisi ke-47 pada 2017 menjadi level ke-45 di 2018," pungkas Haris.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.