AirAsia Menanti Diskon Harga Avtur hingga Insentif Perpajakan
AirAsia mengapresiasi rencana pemerintah dan para stakeholder industri penerbangan untuk membantu meringankan beban operasional
Penulis: Ria anatasia
Editor: Fajar Anjungroso
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ria Anatasia
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - AirAsia mengapresiasi rencana pemerintah dan para stakeholder industri penerbangan untuk membantu meringankan beban operasional maskapai.
Hal ini demi menurunkan harga tiket penerbangan berbiaya murah untuk rute domestik di jadwal keberangkatan tertentu.
Direktur Utama AirAsia Indonesia Dendy Kurniawan mengatakan, kenaikan harga tiket pesawat tak lepas dari meningkatnya biaya operasional maskapai.
Menurutnya, salah satu komponen yang berkontribusi besar terhadap biaya maskapai adalah harga avtur yang mencapai sekitar 40 persen.
"Saya rasa yang kita harapkan dari pemerintah, satu dari sisi harga avtur. Ini bukan hoax, tapi memang harga avtur RI lebih mahal dibandingkan Singapura dan Malaysia," kata Dendy saat ditemui di sela acara peluncuran buku "Flying High" di Jakarta, Kamis (4/7/2019).
Dendy menyebut, harga avtur di Indonesia masih lebuh mahal dibandingkan negara tetangga. Hal itu membuat sebagian maskapai lebih memilih untuk mengisi bahan bakar di luar negeri.
Baca: Soal Dugaan Kartel Tiket Pesawat, Bos AirAsia: Jangan Ofensif
"Jadi kadang-kadang pesawat tank kering itu maksudnya diterbangkan ke Malaysia atau Singapura isinya lebih banyak dari pada di Indonesia," ungkapnya.
"Kalau kita lihat kalau mau cek harga avtur bisa masuk ke (situs) Pertamina tanggal 1 dan 15 keluar harganya. Harga di Denpasar pun bisa lebih mahal dibandingkan Jakarta 15 sampai 20 persen. Ini sesuatu yang harus dipikirkan," imbuhnya.
Untuk itu, Dendy berharap Pertamina sebagai penyedia avtur di tanah air bisa memberikan diskon untuk meringankan beban maskapai.
Selain itu, lanjut dia, komponen biaya yang cukup berpengaruh yaitu biaya sewa dan perawatan pesawat. Kontribusinya bisa mencapai 24 persen dari total struktur biaya maskapai.
Dua kompenen itu kan dalam dolar. Memang kita avtur Pertamina rupiah. Tapi kan mereka memberikan harga berdasarkan harga miyak dunia dalam dolar," ujarnya.
Dendy mengatakan, pihaknya menanti insentif pajak yang tengah difinalisasi pemeritnah.
"Jadi diharapkan ada insentif fiskal ya dari sisi perpajakan. Kalau itu betul-betul direalisasikan itu sangat membantu," pungkasnya.