Hunian Terjangkau Jadi Solusi Atasi Mismatch di Koridor Timur Jakarta
Potensi unggulan dalam segi infrastruktur karena perkembangan pesat dari setidaknya 10 potensi infrastruktur
Editor: Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - CEO Indonesia Property Watch, Ali Tranghanda menyampaikan analisisnya terkait dengan pasar properti di Jakarta Eastern Corridor (koridor timur Jakarta) di tahun 2020.
Ali Tranghanda setidaknya menggarisbawahi keunggulan baik dari segi infrastruktur, basis ekonomi industri yang kuat, serta harga tanah yang relatif lebih murah dari Koridor Barat Jakarta.
Potensi unggulan dalam segi infrastruktur karena perkembangan pesat dari setidaknya 10 potensi infrastruktur di antaranya Jakarta-Cikampek Elevated Toll, Double-Double Track Manggarai-Cikarang, LRT.
Kemudian Tol Jakarta-Cikampek II Selatan, JORR II Cimanggis-Cibitung, Kereta Cepat Jakarta-Bandung, Pelabuhan Patimban, Bandara Karawang, Kawasan Ekonomi Khusus Bekasi-Karawang-Purwakarta (Bekapur), dan Rencana MRT Tahap III Balaraja-Cikarang.
"Koridor Timur Jakarta juga memiliki basis ekonomi industri yang kuat melalui keberadaan berbagai kawasan industri seperti MM 2100, Delta Silicom, EJIP, BIIE, Jababeka, dan Delta Mas. Selain itu, Cikarang tercatat menyumbangkan 34,45% Penanaman Modal Asing Nasional serta volume ekspor nasional hingga 45%," kata Ali kepada wartawan, Selasa (13/1/2020).
Baca: Wamendes: Dana Desa itu Prinsip Utamanya Instrumen Distrisubusi Keadilan
Baca: Jokowi : Sesakit Apapun Harus Ditahan demi Infrastruktur Rampung
Dikatakannya, saat ini harga tanah di Koridor Timur juga masih lebih murah yaitu berkisar antara Rp 5 – 12 juta/m², berbeda dengan Koridor Barat yang telah mencapai kisaran Rp 9 – 17 juta/ m².
Ali Tranghanda mengungkapkan, perbedaan harga tanah terjadi karena koridor barat yang sudah berkembang lebih awal dibandingkan Koridor Timur.
“Harga tanah yang murah, serta potensi bidang infrastruktur dan basis ekonomi industri bahkan tidak dimiliki di wilayah lain bahkan koridor Barat”, kata Ali Tranghanda.
Pengamat Property ini menjelaskan bahwa saat ini Koridor Timur Jakarta memiliki kondisi pasar properti yang masih mismatch.
“Kondisi ini (mismatch) disebabkan banyak pengembang yang cenderung menjual hunian untuk segmen kelas atas, sementara pasar menengah kebawahlah yang potensial”, ungkap Ali Tranghanda dalam talkshow di Lippo Mall Kemang (13/01).
Ali Tranghanda menjelaskan siklus properti yang potensial masih berada di Pasar Menengah Bawah dengan harga hunian berkisar di Rp 300 juta sampai 1 miliar.
Baca: Pembangunan Infrastruktur untuk Penuhi HAM Ecosoc
Baca: Pemda Aceh Diminta Batalkan Pembelian Pesawat N219
“Kini (pengembang) harus dapat membidik end-user yang menengah kebawah”, jelasnya.
Ali Tranghanda juga mengatakan adanya kelesuan pada daya beli investor sehingga hunian dengan rentang harga di atas 1 miliar kurang diminati.
Komposisi potential market sebagai end-user di Koridor Timur Jakarta, tepatnya Kabupaten Bekasi yaitu sebanyak 51,4% didominasi dengan rentang penghasilan di atas 4,5 juta rupiah perbulan dengan eskpektasi pembelian rumah di bawah 1 miliar.
Ali Tranghanda mengungkapkan, keadaan mismatch ini dapat teratasi dengan adanya pembangunan hunian yang terjangkau.
“Hunian terjangkau dan memiliki ruang terbuka hijau dapat menjadi solusi, serta menghilangkan image gersang akibat maraknya kawasan industri di Koridor Timur”, kata Ali Tranghanda.
Selain itu, transformasi kota juga dapat mendukung mengatasi permasalahan lesunya pasar properti di Koridor Timur Jakarta.
“Pembangunan yang semakin lengkap seperti sekolah dan pusat perbelanjaan dapat meningkatkan daya tarik di Koridor Timur,” kata Ali Tranghanda.