Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Indonesia Berpotensi Kehilangan Devisa Rp 40,7 Triliun Akibat Wabah Virus Corona

Sekretaris Kemenko Perekonomian Susiwijono Moegiarso mengatakan, dampaknya itu juga dirasakan Indonesia

Editor: Imanuel Nicolas Manafe
zoom-in Indonesia Berpotensi Kehilangan Devisa Rp 40,7 Triliun Akibat Wabah Virus Corona
Twitter/@WHO
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan nama resmi untuk virus corona baru (2019-nCoV), yakni COVID-19. Pemberian nama ini bertujuan untuk menghindari stigma buruk terhadap kelompok orang, individu, binatang, atau daerah tertentu. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wabah virus corona juga memberikan dampak buruk terhadap penerimaan devisa negara.

Sekretaris Kemenko Perekonomian Susiwijono Moegiarso mengatakan, dampaknya itu juga dirasakan Indonesia.

Baca: Tak Ada Ancaman Kematian akibat Virus Corona, Warga di Australia Disebut Tak Butuh Masker

China merupakan wisatawan terbanyak kedua yang berkunjung ke Indonesia.

Dari 16,1 juta wisman pada tahun 2019 yang berkunjung ke Indonesia, ada 2,07 juta wisman berasal dari China.

Dari perhitungannya, dalam setahun dampak virus corona tersebut akan mengurangi nilai devisa Indonesia sebesar Rp 40,7 triliun.

"Jadi, kita nggak nyangka kayak di Bali itu banyak paket hemat. Ternyata spending average-nya lebih tinggi per kunjungan dibandingkan negara lain. Kalau kita kalikan dengan 2,07 juta, devisa yang hilang dari turis RRT dalam satu tahun 2,87 miliar dollar AS atau setara Rp 40,7 triliun," sebut dia di Jakarta, Rabu (12/2/2020).

Pasalnya, wisman asal China di Indonesia saja, lanjut Susi, kerap menghabiskan dana sebesar 1.385 dollar AS per kunjungan.

BERITA REKOMENDASI

Wajar, jika China masih menjadi harapan Indonesia untuk meningkatkan nilai devisa dari sektor pariwisata.

"Kalau dari sisi lalu lintas orang RRT ini asal wisman terbesar kedua. Dari 16,1 juta wisman, RRT itu 2,07 juta dengan spending average-nya lebih tinggi. Spending per kunjungan 1.385 dollar AS, average lain di luar Tiongkok itu 1.280an," katanya.

Namun, masalahnya begitu cepat penyebaran virus corona yang mulai merambah ke-28 negara, tidak hanya berdampak negatif terhadap turunnya jumlah wisman namun industri penerbangan juga ikut terkena imbasnya.

"Seat yang utilitasnya tidak terisi atau katakan yang lost di sana itu kira-kira 2,1 juta seat dalam satu season. Kalau kita hitung dalam Tiongkok saja dan banyak sekali catatan dari Angkasa Pura II kehilangan beberapa bandara, termasuk Angkasa Pura I," katanya.

Sebelumnya, Pemerintah Provinsi Bali mengakui adanya penurunan wisatawan China di Bali akibat mewabahnya virus corona.

Penurunan wisman tersebut berdampak pada bisnis hotel, restoran, dan atraksi di Bali.

Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati mengatakan, penurunan wisman di Bali sangat signifikan.

Biasanya, sekitar 100.000 wisman China atau 3.000 - 3.500 per hari bertandang ke Bali saat libur panjang Tahun Baru Imlek.

Namun dalam 2 hari terakhir, hanya sekitar 460 wisman China yang berkunjung ke Bali.

Baca: Kemenkes RI Pastikan 78 WNI di Kapal Pesiar Diamond Princess Jepang Negatif Virus Corona

Cok Ace bilang, penurunan wisman bisa lebih dalam karena saat ini pemerintah telah menutup akses penerbangan dari/ke China sejak Rabu (5/2/2020) pukul 00.00 WIB.

"Beberapa hari terakhir ini menurun drastis bahkan yang tiga hari yang lalu itu sudah hanya 1.200 orang. Dua hari yang lalu hanya 460. Sudah turun," kata pria yang kerap disapa Cok Ace ini.

Hasil uji sampel spesimen Kemenkes soal dugaan wabah virus corona di Indonesia

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI mengabarkan data terbaru terkait 70 tes pemeriksaan uji sampel spesimen virus corona dari Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) RI.

Direktur Pengawasan dan Karantina Kesehatan Kemenkes Vensya Sitohang menyebut, sebanyak 68 dinyatakan negatif virus corona.

Baca: WHO: Vaksin Corona Tersedia 18 Bulan Lagi

Hal itu disampaikan Vensya Sitohang saat komfrensi pers terkait Perkembangan Penanganan COVID-19 dan Lesson Learnt dari Singapura, di Kantor Staf Kepresidenan (KSP), Jakarta, Rabu (12/2/2020).

"Ini diambil spesimennya, spesimen ini diperiksakan ke laboratorium. Sampai saat ini jumlahnya 70 spesimen dan yang sudah keluar hasilnya 68 spesimen dan hasilnya negatif. Dua lagi masih berproses, tentu di periksa," kata Vensya Sitohang.

Vensya menjelaskan, data tersebut diperbaharui pada pukul 16.00 WIB, Selasa (11/2/2020) kemarin.

Lebih lanjut, ia berharap dua spesimen yang sedang diperiksa hasilnya negatif virus corona.

"Itu data dampai pukul 16.00 WIB, kemarin sore. Berharap hasil yang dua, hasil yang kedua akan mengikuti dan menggenapi hasil yang negatif," jelasnya.

Baca: WHO: Vaksin Corona Tersedia 18 Bulan Lagi

Vensya juga berharap tidak ada lagi penambahan kasus yang suspek terjangkit virus corona di Indonesia. Jika ada, hasilnya diharapkan negatif ketika diperiksa di laboratorium.

"Kalau ada hasilnya kita harapkan negatif," ucapnya.

Pekerja migran RI di Singapura diminta waspada

Pemerintah Singapura menaikkan level status tanggap darurat wabah korona menjadi oranye sejak 7 Februari lalu.

Menteri Ketenagakerjaan RI Ida Fauzyiah kembali mengingatkan, pekerja migran Indonesia (PMI) yang bekerja untuk tenang, namun waspada, serta tidak panik menanggapi kenaikan status tersebut.

Ia mengapresiasi, upaya-upaya pemerintah Singapura dalam menangani penyebaran virus korona, termasuk pada warga negara Indonesia (WNI).

Terkait dengan kondisi seorang PMI yang dinyatakan positif virus berjenis 2019-nCoV, Ida memastikan Pemerintah Singapura menanganinya profesional.

“Dilaporkan kondisi WNI stabil. Sudah ditangani oleh Pemerintah Singapura dengan protokol kesehatan yang tinggi,” jelas Menaker.

Dalam kesempatan bertemu Duta Besar RI LBBP Untuk Singapura, I Gede Ngurah Swajaya, di Kantor Kementerian Ketenagakerjaan, Jakarta, Senin kemarin (10/2), pemerintah menyerahkan bantuan masker bagi WNI di Singapura secara simbolis kepada Dubes Swajaya.

Sebanyak 4.280 masker tersebut akan didistribusikan melalui bantuan Kedutaan Besar RI (KBRI) di Singapura.

“Ini adalah usaha pemerintah dalam mencegah penyebaran virus corona kepada WNI kita,” ujar Menaker.

Dubes I Gede Ngurah Swajaya menambahkan, KBRI di Singapura terus melakukan update informasi, khususnya mengenai kondisi penyebaran virus corona kepada WNI melalui rilis,media sosial, jejaring informasi, dan sebagainya. Ia mengimbau WNI yang ada di Singapura, termasuk PMI, untuk selalu hati-hati dan waspada.

Baca: ICW Menyindir, Pimpinan KPK Bukannya Cari Buron Harun Masiku, Malah Bersafari

“Jadi kami mengimbau untuk tetap tenang, situasinya sedang ditangani dan tertangani. Tetapi ketenangan itu juga harus diwaspadai,” imbau Dubes Swajaya.

Baca: Cari Jejak Buron Harun Masiku, Polisi Sambangi Tempat-tempat Dia Biasa Nongkrong

Ia menambahkan, WNI yang tidak ada kebutuhan mendesak untuk menghindari tempat-tempat keramaian, serta harus mengenakan masker, menjaga kebersihan seperti mencuci tangan dengan sanitasi.

“Kita setiap hari memberikan imbaun dan memberikan kontak-kontak yang bisa dihibubungi secara langsung. Baik di Kementerian Kesehatan Singapura maupun lembaga-lembaga yang di Singapura, termasuk juga di KBRI Singapura,” ujar Dubes lagi.

Status level oranye yang ditetapkan negeri Singa memiliki arti, penyebaran wabah korona sangat serius dan berdampak luas terhadap kesehatan publik.

Dari data Kementerian Ketenagakerjaan RI, tahun lalu tercatat 19.354 PMI ditempatkan di negara tersebut. Sehingga total PMI yang bekerja di Singapura sebanyak 131.244 orang.

Kondisi WNI terduga terjangkit virus corona di Singapura

Duta Besar (Dubes) RI untuk Singapura, I Gede Ngurah Swajaya mengungkapkan kondisi terkini Warga Negara Indonesia (WNI) di Singapura yang positif terpapar virus corona.

Swajaya menyebut, kondisi WNI tersebut dalam keadaan stabil dan mendapat perawatan di Rumah Sakit di Singapura.

Hal itu disampaikan Swajaya saat sesi video conference dengan Situation Room Kantor Staf Kepresidenan (KSP) terkait Perkembangan Penanganan COVID-19 dan Lesson Learnt dari Singapura, Rabu (12/2/2020).

"Situasi WNI tadi sudah saya laporkan terkait situasinya stabil," kata Swajaya.

Baca: KPK Isyaratkan Jerat Tersangka Baru dalam Kasus Suap PAW Caleg PDIP

Ia juga menyebut, pihaknya terus mengupdate dan memantau kondisi WNI tersebut dari Kementerian Kesehatan setempat.

"Jadi kami mendapatkan update terus dari pihak Singapura mengenai antisipasi yang sudah dilakukan," jelasnya.

Dikabarkan, seorang WNI berusia 44 tahun yang bekerja di Singapura sebagai pembantu rumah tangga (PRT) positif terjangkit virus corona.

Baca: Hindari Pembullyan Jadi Alasan Polisi Tahan Lucinta Luna di Sel Wanita

PRT 44 tahun itu sampai saat ini masih berada di Singapura. Pemerintah sulit untuk memulangkannya sebab berdasarkan aturan WHO, warga negara asing yang terpapar virus corona tidak boleh dipulangkan ke negara asal sebelum benar-benar sehat.

Sebagian artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul: Dampak Virus Corona, Indonesia Berpotensi Kehilangan Devisa Rp 40,7 Triliun

Sumber: Kompas.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas