Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Corona, Bursa Efek, dan Saham Blue Chip

Gejolak pasar saham ini diprediksi akan terus berlanjut selama penanganan virus Corona belum menunjukkan hasil yang positif.

Penulis: Sanusi
zoom-in Corona, Bursa Efek, dan Saham Blue Chip
TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
ilustrasi 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Virus Corona baru (Covid-19) yang menyebar begitu cepat ke seluruh dunia telah “mengacaukan” bursa saham global. Dalam sebulan terakhir, indeks bursa di berbagai negara tersandera di teritori negatif.

Gejolak pasar saham ini diprediksi akan terus berlanjut selama penanganan virus Corona belum menunjukkan hasil yang positif.

Hal itu membuat para pelaku pasar lebih selektif dalam mengoleksi saham.

"Dalam kondisi seperti ini investor cenderung memilih saham blue chip berkapitalisasi pasar besar sebab rata-rata emiten ini memiliki fundamental bisnis yang baik," ujar Direktur PT Anugerah Mega Investama, Hans Kwee Hans, Rabu (1/4/2020).

Baca: Awal April, IHSG Dibuka Menguat ke Level 4.588

Karena itu, walaupun saham-saham blue chip tersebut terkoreksi, investor tetap optimistis jika kondisi membaik maka harga saham emiten itu akan melonjak.

Terutama, jika bisnis emiten itu terkait dengan hajat hidup orang banyak. Apalagi, saham-saham blue chip boleh dibilang sudah terkoreksi cukup dalam.

Peluang menarik itu diakui Hans Kwee. Menurut dia, meskipun indeks turun, tetapi banyak saham yang punya valuasi menarik.

“Karena itu ketika terjadi koreksi di pasar dapat kembali dilakukan akumulasi beli,” ujarnya.

Berita Rekomendasi

Namun, kata dia, saham yang dibeli harus punya valuasi menarik dan prospek pertumbuhan jangka menengah hingga panjang sehingga potensi mengalami kenaikan.

“Kuncinya harus lihat apakah perusahaannya besar, hal itu perlu karena biasanya cepat recovery karena cash-nya kuat. Selain itu, juga jangan yang punya utang yang besar. Tapi juga perlu lihat yang punya potensi pertumbuhan ke depannya,” ujar Hans.

Sebagai gambaran, indeks harga saham gabungan (IHSG) terus mengalami tekanan pada bulan Maret 2020 akibat pandemi corona. Indeks anjlok dari 5.650,14 pada tanggal 4 Maret 2020 ke 4.414,5 pada 30 Maret 2020.

Ketika IHSG berbalik arah ke teritori positif pada Jumat (27/3/2020), sejumlah saham unggulan di Bursa Efek Indonesia (BEI) meroket di antaranya saham PT Astra International Tbk (ASII) mencatat persentase tertinggi dalam 10 top gainer dengan kenaikan 12,7 persen (Rp 460) ke level Rp 4.080 dan kapitalisasi pasar Rp 165,1 triliun.

astra internasional TBk nih
Astra Internasional

Sebagaimana diketahui, ASII merupakan holding company dari sejumlah perusahaan yang bergerak antara lain di bidang otomotif, jasa keuangan, alat berat, pertambangan konstruksi dan energi, agribisnis, infrastruktur dan logistik, teknologi informasi, serta properti.

Astra International Tbk pada tahun 2019 lalu membukukan laba bersih Rp 21,7 triliun atau naik tipis 0,18 persen dari tahun 2018 yang mencapai Rp 21,67 triliun. Sedangkan, pendapatan bersih konsolidasi grup pada 2019 turun 1 persen menjadi Rp 237,2 triliun.

Dari sektor perbankan, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) mencacat kenaikan 10,51 persen (Rp 470) ke level Rp 4.940 dengan kapitalisasi pasar Rp 228,2 triliun.

Di sektor telekomunikasi, PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) naik 3,69 persen (Rp 110) ke kisaran Rp 6.800 dengan kapitalisasi pasar Rp 306,1 triliun.

Selanjutnya, PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) naik 0,36 persen (Rp 25) mencapai Rp 6.800 dengan kapitalisasi pasar sebesar Rp 259,4 triliun.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas