Gagal Capai Kesepakatan Kompensasi, Maskapai Air Malta Segera Pecat 80 Persen Pilot
Maskapai Air Malta menawarkan kompensasi penghasilan minimum sebesar 1.200 euro atau setara 1.300 dolar AS kepada para pilot.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, MALTA - Pandemi virus corona telah berdampak buruk pada sektor penerbangan di seluruh dunia, maskapai penerbangan Air Malta pun berencana memecat 108 dari 134 pilotnya.
Para pilot ini dibayangi Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), setelah gagal menemukan kesepakatan bersama dalam pembahasan mengenai kompensasi gaji antara petinggi maskapai dengan serikat pilot.
Dikutip dari laman Russia Today, Senin (20/4/2020), maskapai penerbangan utama di Malta ini harus memangkas armadanya pada Maret lalu, seperti kebanyakan maskapai penerbangan di dunia karena penutupan perbatasan di tengah wabah corona.
Air Malta harus berusaha menangani krisis yang dapat mengakibatkan kerugian yang diprediksi mencapai lebih dari 130 juta Euro atau setara 141 juta dolar Amerika Serikat (AS) bagi perusahaan mereka pada awal musim panas.
Baca: Perlu Siasat Mengantisipasi Kemungkinan Krisis Pangan di Perkotaan Saat Pandemi Corona
Maskapai Air Malta akhirnya menawarkan kompensasi penghasilan minimum sebesar 1.200 euro atau setara 1.300 dolar AS kepada para pilot untuk bulan April ini.
Para pilot juga akan menerima nilai kompensasi tersebut per bulannya, bahkan jika mereka terpaksa untuk tidak bekerja sementara waktu.
Baca: Ramadan Ini Masjid Istiqlal Tiadakan Tarawih dan Buka Puasa Bersama, Juga Takbir dan Salat Ied
Namun kompensasi yang ditawarkan Air Malta hampir tidak bisa dibandingkan dengan gaji rata-rata yang biasa diterima para pilot, hingga akhirnya mendorong serikat pekerja lokal yang mewakili pilot-pilot ini untuk menolak tawaran tersebut.
Baca: Kisah Ika Dewi Maharani, Relawan Perempuan Satu-satunya yang Jadi Sopir Ambulans di RS Covid-19
Asosiasi itu juga mengkritik Air Malta terkait perlakuan yang menurut mereka tidak adil terhadap para pilot, dengan mengatakan bahwa karyawan lain diberikan gaji yang jauh lebih rendah daripada yang diminta oleh para pilot ini.
Menurut media lokal, para karyawan berpenghasilan hingga 80.00 Euro atau setara 87.000 dolar AS, sementara gaji kapten pilot berkisar dari 90.000 Euro hingga 140.000 Euro.
Saat perselisihan semakin meningkat, dan bahkan menimbulkan kemarahan dari Asosiasi Kokpit Eropa, Menteri Ekonomi Malta Silvio Schembri menuduh serikat lokal berusaha untuk 'membajak' Air Malta atas penolakan mereka terkait kesepakatan kompensasi.
Schembri pun menegaskan bahwa maskapai masih memiliki karyawan untuk melakukan perawatan terhadap pesawat, jika serikat ini memiliki sikap berseberangan.
Meskipun beberapa karyawan sudah ada yang memiliki niat untuk menerima apa yang ditawarkan, saat ini operator telah memutuskan untuk mengambil opsi dengan hanya mempertahankan 26 pilot saja.