Awal Tahun Depan, Indonesia Diprediksi Alami Inflasi Lebih Tinggi Dibandingkan 2020
Pandemi Covid-19 mendorong downgrade estimasi pertumbuhan ekonomi di 2021 dari proyeksi sebelumnya menjadi 5,2% (-0,2%) di tahun 2021.
Penulis: Eko Sutriyanto
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kebijakan penerapan protokol kesehatan untuk mencegah penularan Covid-19 nampaknya belum berakhir hingga masa pendistribusian vaksin dapat merata menjangkau segenap lapisan masyarakat.
Kondisi ini mendorong downgrade estimasi pertumbuhan ekonomi di 2021 dari proyeksi sebelumnya menjadi 5,2% (-0,2%) di tahun 2021.
"Suku bunga diproyeksikan masih bertahan di level rendah (low rate environment), namun stimulus masih dibutuhkan untuk mendorong pemulihan ekonomi menjadi background makro di tahun 2020-2021," kata Presiden Direktur BNI Asset Management, Putut Endro Andanawarih, di Jakarta, Seni (17/11/2020).
Putut menyampaikan itu saat menjadi pembicara dalam acara Market Outlook 2021 yang diselenggarakan pada tanggal 17-19 November 2020 ini, BNI Asset Management.
Baca juga: BPS: Inflasi Oktober 2020 Disumbang Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau
Kondisi ini kata dia akan mendorong risiko beban hutang dari negara di emerging market di masa mendatang.
"Tingkat unemployment rate mengalami peningkatan di 2020 dan akan berlanjut di tahun 2021 bila risiko pandemi tidak segera berakhir, sehingga menjadi risiko global supply dalam jangka menengah," kata Putut.
Baca juga: Catatan Indef soal 1 Tahun Jokowi-Maruf: Dari Utang Luar Negeri hingga Inflasi yang Terlalu Rendah
Memasuki tahun 2021, kondisi dalam negeri akan sedikit mengalami inflasi yang sedikit lebih tinggi dibandingkan tahun 2020 seiring meningkatnya penyaluran stimulus pemerintah.
"Kebijakan suku bunga Bank Indonesia relatif bertahan di level 3,75-4% seiring level inflasi yang mulai meningkat namun masih ada potensi penurunan suku bunga sebesar 25-50 bps dari level saat ini,” katanya.
Sementara, proyeksi pertumbuhan ekonomi pada level 4 - 5,1% (upside risk di 6%) pada tahun 2021, didorong oleh gradual recovery dari re-opening economy, khususnya bila vaksin sudah dapat terdistribusi.
Selain itu diestimasi investasi dan ekspor meningkat, serta belanja dan program stimulus Pemerintah masih cukup solid.
"Yield SUN 10 tahun diestimasi bergerak pada kisaran 6,27 – 6,65% (risk 7,3%) ditopang likuiditas lokal dan kembali masuknya investor asing ke pasar obligasi di Indonesia,” kata Putut.