Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Menteri Trenggono Lepas Ekspor Tujuh Kilogram Biji Mutiara Asal Lombok ke Tiongkok

Sakti Wahyu Trenggono melepas ekspor biji mutiara air laut hasil budidaya sebanyak 7 kilogram atau 6.304 butir ke Tiongkok.

Penulis: Reynas Abdila
Editor: Sanusi
zoom-in Menteri Trenggono Lepas Ekspor Tujuh Kilogram Biji Mutiara Asal Lombok ke Tiongkok
dok Kementerian Kelautan dan Perikanan
Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono melepas ekspor biji mutiara air laut hasil budidaya sebanyak 7 kilogram atau 6.304 butir ke Tiongkok. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono melepas ekspor biji mutiara air laut hasil budidaya sebanyak 7 kilogram atau 6.304 butir ke Tiongkok.

Ekspor produk perikanan senilai Rp 200 juta tersebut melalui Balai KIPM Mataram, Nusa Tenggara Barat.

"Ini bagus sekali sudah bisa masuk pasar ekspor. Kita harus tingkatkan," ujar Menteri Trenggono, Kamis (25/3/2021).

Baca juga: Nelayan Tuna Diminta Jaga Kualitas Ikan Agar Mudah Diserap Pasar

Selain biji mutiara, KKP juga melepas produk yang ditujukan ke Malaysia masing-masing lobster origin paradise 120 ekor serta kakap dan kerapu seberat 240 kilogram.

Lalu ke Vietnam sebanyak 440 ekor indukan vaname.

Pembudidaya tiram mutiara di Lombok, Lisa menyebut, permintaan mutiara air laut di pasar ekspor cukup tinggi.

Baca juga: Dukung Kepmen 14/2021, KKP Luncurkan Sistem Informasi Penataan Ruang Laut

BERITA TERKAIT

Menurutnya, Indonesia termasuk negara yang menguasai pasar untuk komoditas tersebut.

"Alhamdulillah hasilnya menjanjikan. Karena untuk budidaya mutiara air laut, Tiongkok, Hong Kong, India, belum bisa. Hanya Indonesia dan Australia. Kita kuasai pasar," aku Lisa.

Lebih dari 10 tahun ke belakang Lisa dan keluarganya menekuni budidaya tiram mutiara di Lombok.

Saat ini ada 10.000 tiram yang dibudidayakan dengan metoda long line.

Lisa menilai budidaya tiram mutiara merupakan investasi jangka panjang, sebab baru bisa dipanen 2 tahun kemudian.

Aktivitas budidaya ini pun mampu menyerap banyak tenaga kerja.

Saat ini ada sekitar 50 pekerja yang terlibat didalamnya.

"Meski prosesnya lama tapi hasilnya lumayan bisa meningkatkan ekonomi keluarga," pungkasnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di

Wiki Populer

© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas