Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Untung-Rugi Indonesia Turun Kelas Jadi Negara Berpenghasilan Menengah Bawah

Ada dua sisi untung-rugi, jika suatu negara dinyatakan turun kelas kembali menjadi negara berkembang oleh Bank Dunia.

Penulis: Dennis Destryawan
Editor: Choirul Arifin

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Bank Dunia menurunkan peringkat Indonesia ke negara berpendapatan menengah ke bawah (lower middle-income country) setelah sebelumnya berada di peringkat negara berpendapatan menengah atas karena penurunan pendapatan perkapita.

Ada dua sisi untung-rugi, jika suatu negara dinyatakan turun kelas kembali menjadi negara berkembang oleh Bank Dunia.

Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira menjelaskan, implikasi Indonesia turun kelas, praktis banyak negara di benua biru dan Amerika memberikan fasilitas dagang.

"Kalau ada masyarakat kerja di sektor tekstil, bajunya di ekspor ke negara maju, Indonesia bisa dapat tarif 0 persen," ujar Bhima di acara Live Talkshow: Indonesia Turun Kelas Versi Bank Dunia yang diselenggarakan Tribun Network, Rabu (21/7/2021).

Jika status Indonesia naik menjadi negara maju, maka implikasinya seperti Presiden Amerika Serikat Donald Trump menjabat. Sebab, akan mempengaruhi terhadap kebijakan ekspor.

Baca juga: Indonesia Bisa Kembali Naik Kelas Jadi Negara Menengah, Syaratnya Ekonomi Tumbuh 7 Persen

"Justru kita sedih karena masyarakat biasa yang orientasi ekspor yang sebelumnya dapat fasilitas 0 persen, masuk ke Amerika tidak dapat fasilitas itu," imbuhnya.

Baca juga: Tak Lagi Pakai Istilah PPKM Darurat, Luhut: Pakai Level Saja

Di sisi lain, maka Indonesia akan menjadi negara yang stagnan. Berdampak pada lapangan pekerjaan yang minim, terutama untuk masyarakat kalangan muda.

Berita Rekomendasi

"Persaingan tenaga kerja juga makin besar akhirnya kualitas rendah, dan banyak orang miskin di Indonesia," ucapnya.

Baca juga: Ketua DPP PKS: APBN Belum Efektif Mendorong Pemulihan Ekonomi

Anggota Komisi XI DPR RI Misbakhun mengatakan, terdapat sejumlah syarat jika Indonesia ingin ke luar dari jebakan negara berpendapatan menengah ke bawah.

Satu di antaranya, Indonesia memiliki bonus demografi pada 2025-2035. Ada fase generasi milenial produktif di periode tersebut.

"Lalu Indonesia kaya Sumber Daya Alam (SDA) tinggal bagaimana kita transformasi SDA itu," tutur Misbakhun.

Menurut Misbakhun, Indonesia memiliki 'penyakit' keturunan dari jajahan Belanda. Yakni, suka melakukan ekspor bahan mentah, misalnya batu bara, sawit, hingga karet.

Namun, Indonesia tidak berusaha untuk memberikan nilai tambah terhadap bahan mentah tersebut.

"Tidak usah mengolah sampai hilir, kita punya hulu tambah sedikit lah jangan ekspor CPO, ekspor olefin, jangan ekspor bijih besinya, diolah dulu," kata Misbakhun.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas