Bila Dikembangkan, Garam NTT Bisa Gantikan Impor
perluasan lahan garam di NTT diperlukan jika NTT ingin menjadi pemasok substitusi garam impor.
Penulis: Taufik Ismail
Editor: Adi Suhendi
Laporan wartawan Tribunnews.com, Taufik Ismail
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Produksi garam nasional pada 2021 ditargetkan mencapai 3,1 juta ton.
Banyak potensi yang bisa dikembangkan di Indonesia agar produksi garam nasional meningkat.
Misalnya potensi produksi garam di Nusa Tenggara Timur yang belum dimanfaatkan.
Padahal, provinsi tersebut menjadi satu lokasi terbaik untuk produksi garam dan hasilnya berpeluang menjadi pengganti garam impor.
Dekan Fakultas Perikanan Universitas Kristen Artha Wacana (UKAW) Kupang, Umbu Paru Lowu Dawa, mengatakan potensi produksi garam di seluruh NTT sedikitnya 1,4 juta ton per tahun.
Adapun lahan yang bisa dipakai mencapai 20.438 hektar.
"Sekarang, baru sebagian terpakai," kata dia dalam Webinar oleh SBE UISC 2021 besamaForum Diskusi Ekonomi dan Politik, Senin (26/7/2021).
Baca juga: Moeldoko: Perlu Ada Pembinaan Petani Dalam Pengendalian Impor Komoditi Garam
Dari seluruh lahan potensial untuk produksi garam, baru 10.140 hektar dipakai.
Sisanya masih menjadi lahan tidur.
Umbu menyebut, perluasan lahan garam di NTT diperlukan jika NTT ingin menjadi pemasok substitusi garam impor.
Meski tidak semua kebutuhan garam bisa dipenuhi NTT, setidaknya sebagian bisa memakai produk NTT.
Ia membenarkan, adanya sejumlah tantangan produksi garam di NTT.
Di lahan yang terpakai untuk produksi, cara produksinya masih menggunakan sistem tradisional.
Selama bertahun-tahun, sistem tradisional terbukti menjadi salah satu penyebab kuantitas dan kualitas garam nasional sulit bersaing.