Pabrik Hot Strip Mill 2 Krakatau Steel Berdiri, CEO KIP Optimistis Industri Baja Nasional Berjaya
Pabrik yang dibangun pada 2016, menelan investasi Rp 7,5 triliun dan diharapkan akan dapat memenuhi kebutuhan baja
Penulis: Malvyandie Haryadi
Editor: Sanusi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Malvyandie
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) meresmikan pengoperasian pabrik pengolahan hot strip mill (HSM) 2 milik PT Krakatau Steel (Persero) Tbk di Cilegon, Banten, Selasa (21/9/2021).
Pabrik yang dibangun pada 2016, menelan investasi Rp 7,5 triliun dan diharapkan akan dapat memenuhi kebutuhan baja untuk pembangunan infrastruktur dan industri otomotif di Tanah Air.
Baca juga: Krakatau Internasional Port Ingin Jadi Role Model Bagi Cargo Bulk di Indonesia
Pabrik HSM 2 tersebut diprediksi mampu memproduksi hot rolled coil (HRC) sebanyak 1,5 juta ton per tahun. Secara bertahap kapasitas produksi pabrik ini kedepannya akan meningkat menjadi 4 juta ton HRC per tahun.
CEO Krakatau International Port (KIP), Akbar Djohan turut bangga dengan pendirian pabrik HSM 2 tersebut. Dengan adanya pabrik tersebut dapat mendorong industri Baja nasional lebih maju lagi, mengingat pada semester I tahun 2021 ini sektor tersebut telah memberikan kontribusi yang lebih besar daripada tahun-tahun sebelumnya.
Bahkan, Krakatau Steel yang merupakan produsen baja terbesar di Indonesia saja telah meraup keuntungan hingga 60 persen dan terbesar dibandingkan semester-semester sebelumnya.
Baca juga: Krakatau International Port Pacu Bisnis Marine Service di Selat Malaka
“Seringkali kita mendengar di pemberitaan kalau PT. Krakatau Steel mengalami kerugian. Kehadiran pabrik HSM 2 ini dapat menjadi kunci yang tepat bagi Krakatau Steel sendiri untuk membuktikan kepada masyarakat Indonesia bahwa komoditi baja di Indonesia telah bangkit,” ujar Akbar dalam acara peresmian pengoperasian pabrik pengolahan hot strip mill (HSM) 2 milik PT Krakatau Steel pada Rabu (22/9/2021).
Akbar menyampaikan bahwa produksi baja dalam negeri perlu ditingkatkan agar semua pembangunan infrastruktur dan segala proyek konstruksi yang dimiliki swasta dapat dicukupi sepenuhnya oleh industri asli Indonesia dan tidak perlu bergantung terus menerus dari impor.
Belum lagi ditambah target pemerintah untuk meningkatkan produksi industri otomotif di Indonesia, sehingga Krakatau Steel dan perusahaan baja lainnya memperoleh peran penting.
“Tahun lalu, nilai impor baja pada kuartal IV-2020 sebesar US$ 764 juta. Fakta ini membuat impor besi dan baja berada di peringkat ketiga sebagai komoditi impor terbesar sejak tahun 2019. Namun kondisi tersebut menjadi berbeda di tahun 2021. Walau pada kuartal ke-I nilai impor tetap naik sebesar 19 persen, namun kondisi tersebut dapat diimbangi dengan nilai ekspor yang besar. Karena itu, saya optimis pabrik HSM 2 ini dapat membawa Krakatau Steel lepas dari jurang kerugian yang berlarut-larut,” kata Akbar.
Menurut Akbar, prospek yang sangat besar dari adanya pabrik HSM 2 ini tentunya membutuhkan infrastruktur pendukung yang dapat membantu jalannya ekspor dan lintas perdagangan lainnya bagi komoditi baja Indonesia menjadi lebih optimal. Salah satunya yaitu dengan melibatkan peran pelabuhan.
“Krakatau International Port di bawah naungan PT. Krakatau Bandar Samudera dan telah dikenal sebagai pelabuhan dry port terbesar di Indonesia memiliki sarana dan prasarana yang lengkap dalam menunjang operasional perdagangan baja via jalur maritim. Fasilitas tersebut mulai dari Integrated Warehouse, Bonded Logistic Center, Jetty Management, dan lain-lain,” ungkap Akbar.
Akbar berharap dengan resminya pabrik HSM 2 Krakatau Steel ini dapat mempercepat proses pembangunan infrastruktur yang ditargetkan oleh pemerintah dan membawa industri Baja nasional menjadi salah satu kontributor utama bagi pertumbuhan ekonomi. Sehingga keberhasilan sektor tersebut tentunya juga akan berdampak positif pada sektor-sektor lainnya, khususnya konstruksi dan transportasi.