Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Investasi Baru di Sektor Baja Tahun Ini Diprediksi Naik di Tengah Maraknya Isu Banjir Produk Impor

data positif investasi sektor baja ini menunjukkan keberhasilan kebijakan pengendalian impor dengan subtitusi impor terukur

Penulis: Choirul Arifin
Editor: Sanusi
zoom-in Investasi Baru di Sektor Baja Tahun Ini Diprediksi Naik di Tengah Maraknya Isu Banjir Produk Impor
dok. KS
Baja jenis hot rolled coil (HRC) produksi Krakatau Steel. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Choirul Arifin

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Investasi baru di sektor baja selama tahun 2021 mencapai 12 miliar dolar AS dan diperkirakan akan naik menjadi 15,2 miliar dolar AS atau mencapai sekitar Rp 215 triliun di 2022.

Proyeksi itu disampaikan Ketua Klaster Flat Product Asosiasi Industri Besi dan Baja Indonesia Indonesian Iron & Steel Industry Association (IISIA) Melati Sarita di acara diskui virtual yang diselenggarakan HIPMI, Kamis (3/2/2022).

Baca juga: Krakatau Steel Telah Ekspor Produk Baja Seberat 63.731 Ton di Januari 2022




Dengan merujuk data tersebut, ekonom Universitas Muhammadiyah Bengkulu, Surya Vandiantara mengatakan, data positif investasi sektor baja ini menunjukkan keberhasilan kebijakan pengendalian impor dengan subtitusi impor terukur yang dilakukan Pemerintah.

Surya menyatakan, kinerja investasi di sektor logam dan baja sangat menjanjikan meski masih dalam suasana pandemi Covid -19 yang masuk Indonesia sejak tahun 2020 hingga saat ini.

Menurut Surya, dorongan investasi sektor baja didorong oleh demand baja nasional dan ekspor yang terus meningkat terutama di sektor baja hilir.

Baca juga: Januari, Krakatau Steel Ekspor Produk Baja 63 Ribu Ton ke Pakistan dan Italia

Dari data investasi di sektor logam dan baja tumbuh terus tiap tahunnya dimana tahun 2020 sebesar 94,85 triliun dan 2021 mencapai diatas 114 triliun hal ini memberikan konsrkuensi pemenuhan bahan baku.

BERITA TERKAIT

Namun yang disupplai dari industri hulu baja terutama baja carbon dari dalam negeri jauh dari harapan,

Karena itu, untuk menjaga iklim investasi, Surya menyarankan agar bahan baku ini harus dipenuhi dengan impor, sambungnya lagi, pertumbuhan investasi di sektor baja sama sekali tidak terpengaruh dengan narasi banjir impor baja yang sering muncul entah apa motifnya perlu didalami, tegas Surya

Sebelumnya, pemerhati perumahan alumni Fakultas Teknik UI Cindar Hari Prabowo menyampaikan data BPS tentang data Baja impor tanpa pengendalian pemerintah (tanpa lartas) seperti slab, bilet dan iron ore mengalami peningkatan di 2021.

Yakni dari 4,7 juta ton di 2019 menjadi 5,22 juta ton di tahun 2021. Cindar mengartikan investasi yang ada di sektor hulu baja karbon saat ini bahan bakunya juga dipenuhi dari impor bukan mengolah dari dalam negeri karena hambatan teknis dan ekonomis.

Baca juga: Sudah Dapat Banyak Proteksi, Industri Hulu Baja Indonesia Dinilai Masih Bergantung Pada Impor

Menurut Cindar, baja yang dilakukan pengendalian pemerintah (dengan lartas) pada tahun 2019 sebesar 7,89 juta ton berhasil dikendalikan sebesar 6,35 juta ton atau turun 19 persen meskipun industri baja dikatagorikan import processing industry, kata Cindar.

Surya melanjutkan, industri hilir baja nasional memang melaju lebih cepat jika dibanding dengan kemampuan suplai dari hulu baja. Menurutnya, ini menjadi pekerjaan rumah besar dalam mendukung investasi baja nasional.

Di satu sisi, pemerintah mengerem baja lartas, di sisi lain bahan baku yang diproses oleh industri hulu baja carbon terjadi lonjakan impor bahan baku guna memenuhi kebutuhan industri baja hilir.

"Jadi strategi rem dan gas ini tidak harmonis karena kekurangan kemampuan di industri hulu baja nasional," imbuh Surya dalam keterangan pers tertulisnya, Jumat (4/2/2022).

Ekonom muda Muhamadiyah ini melihat, untuk menjaga pertumbuhan ekonomi nasional memang harus dijaga suplai pasokan bahan baku baja.

Selama sektor baja ini masih surplus, yang berasal dari baja stainless steel seperti tercermin dalam neraca pembayaran yang masih baik meskipun industri hulu baja carbon masih terseok.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas