Dampak Invasi Rusia ke Ukraina, Rupiah Anjlok dan IHSG Merosot hingga Harga Minyak Dunia Melonjak
adanya invasi Rusia ke Ukraina membuat emiten yang bergerak sektor komoditas khususnya minyak diuntungkan
Editor: Muhammad Zulfikar
Bhima menambahkan, kenaikan harga minyak akan meningkatkan inflasi dan membuat biaya logistik hingga barang-barang kebutuhan pokok lebih mahal. "Efeknya adalah harga kebutuhan pokok semakin meningkat, daya beli semakin rendah, dan subsidi energi membengkak cukup signifikan," pungkasnya.
Keuangan Pemerintah
Pengamat keuangan Ariston Tjendra mengatakan, dampak perang Rusia dan Ukraina akan mengerek harga-harga barang konsumsi, sehingga daya beli masyarakat tergerus dan ekonomi akan terganggu. Menurut dia, pemerintah Indonesia juga mesti ekstra waspada karena Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) jadi taruhannya jika tidak antisipasi langkah invasi Rusia ke Ukraina.
"Keuangan pemerintah pasti akan terganggu. Penerimaan bisa turun karena penurunan pertumbuhan ekonomi," ujarnya.
Baca juga: Vladimir Putin Klaim Invasi Ke Ukraina Bentuk Pembelaan Diri Rusia
Selain itu, pengeluaran atau belanja negara bisa bertambah, karena pemerintah akan mengambil langkah-langkah stimulus untuk membantu masyarakat. Lebih lanjut, Ariston mengungkapkan, bila perang di Eropa Timur semakin meluas, ini akan mendorong pasar menarik diri dari aset-aset berisiko, termasuk Indonesia.
Hal ini dinilainya akan mendorong yield atau tingkat suku bunga di aset berisiko meninggi, sehingga biaya peminjaman uang akan meningkat. Kemudian, dia menambahkan, harga energi dan komoditas lainnya juga sudah meningkat sejak rencana invasi Rusia ke Ukraina beberapa waktu lalu.
"Dengan serangan yang baru dimulai ini, harga komoditi semakin meningkat. Harga energi dan komoditi yang diproduksi Rusia yakni minyak mentah, gas, serta harga logam nikel, baja, emas, paladium, platinum, alumunium, tembaga, dan kobalt akan mengalami kenaikan," pungkas Ariston.
Analis PT Kanaka Hita Solvera (KHS) Andhika Cipta Labora menjelaskan invasi Rusia ke Ukraina tidak berdampak signifikan terhadap pasar modal Indonesia. "Kondisi geopolitik Rusia dan Ukraina yang memanas tidak akan berdampak signifikan terhadap pasar modal Indonesia," kata Andhika.
Konflik kedua negara tersebut, kata Andhika, jika dilihat secara fundamental di dalam negeri maka dapat membawa kontribusi positif bagi Indonesia. "Hal ini karena Indonesia merupakan penghasil komoditas terbesar di dunia," ujarnya.
Namun, Andhika mengimbau pelaku pasar untuk menghindari saham-saham memiliki market cap besar yang bisa menjadi penekan indeks. "Para pelaku pasar bisa mencermati saham-saham di sektor komoditas, karena dengan adanya perang akan menaikan harga komoditas," ujar Andhika.
Terkait melemahnya IHSG pada sesi pertama hari ini hingga 1 persen lebih, Andhika melihat hanya bersifat sementara akibat baru dimulainya perang Rusia dan Ukraina. "Melemahnya IHSG dan mayoritas indeks Asia pada hari ini karena disebabkan oleh memanasnya hubungan Rusia dan Ukraina yang membuat para pelaku pasar menjadi khawatir," ucapnya. (Tribun Network/sen/van/wly)