Joe Biden Tegas Beri Sanksi Ekonomi Terhadap Rusia, Bagaimana Soal Energi?
Amerika sejauh ini hanya memberikan sanksi hanya terhadap perbankan, untuk sanksi terhadap energi masih belum diberikan
Penulis: Yanuar R Yovanda
Editor: Muhammad Zulfikar
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ditengah situasi dan kondisi invasi Rusia ke Ukraina, harga minyak lagi-lagi mengalami kenaikan seperti banyak diprediksikan sebelumnya.
Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus mengatakan, minyak Brent sempat mengalami kenaikkan hingga ke level 105,79 dolar Amerika Serikat (AS) tidak lama setelah invasi Rusia dilakukan, meski tidak begitu lama untuk kembali turun ke level 99 dolar AS.
Sementara itu, Presiden AS Joe Biden sejauh ini sudah memberikan sanksi terhadap Rusia terhadap 5 bank besar di Rusia.
Baca juga: Serang Ukraina, Berikut Daftar Perusahaan dan Individu di Rusia yang Terkena Sanksi dari Inggris
"Namun, Amerika sejauh ini hanya memberikan sanksi hanya terhadap perbankan, untuk sanksi terhadap energi masih belum diberikan," ujar dia melalui risetnya, Jumat (25/2/2022).
Di sisi energi, eskalasi telah memberikan kekhawatiran bahwa pasokan minyak di seluruh dunia akan gagal untuk mengimbangi pemulihan permintaan yang terus menguat, karena dibukanya kembali aktivitas perekonomian.
Saat ini koalisi OPEC+, yang dipimpin oleh Rusia dan Arab Saudi terus berjuang untuk memulihkan produksi minyak dengan cepat.
Namun, Nico mengungkapkan, tetap saja hal itu tidak menjadi jaminan bahwa harga minyak akan kembali mengalami penurunan.
"OPEC+ akan bertemu pada 2 Maret untuk memberikan keputusan mengenai produksi bulan April. Sejauh ini strategi yang akan digunakan OPEC+ adalah dengan menambahkan 400.000 barel per hari minyak mentah ke pasar setiap bulannya," katanya.
Baca juga: Agresi Militer Rusia Tewaskan 137 Warga Ukraina, Presiden Zelensky Serukan Wajib Militer
Adapun kejadian ini membuat para pedagang mengamankan pasokannya, apalagi persediaan pusat penyimpanan minyak terbesar di Amerika, Cushing, Oklahoma telah turun ke level terendahnya sejak September 2018 dan berada di level terendah secara musiman dalam kurun waktu 14 tahun terakhir.
"Kami sendiri menyakini pemirsa, bahwa Amerika cukup khawatir untuk memberikan sanksi terkait dengan minyak karena akan mendorong harga minyak mengalami kenaikkan dan mendorong inflasi semakin tidak terkendali," pungkasnya.