Imbas Konflik Rusia Vs Ukraina, Harga Pangan Dunia Cetak Rekor Tertinggi, Picu Krisis Global
Harga pangan dunia pada Maret 2022 terpantau melonjak drastis ke rekor tertinggi selama satu dekade terakhir.
Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Sanusi
"Biaya energi yang tinggi, biaya makanan yang tinggi, dan kebutuhan yang tinggi -mereka bertanggung jawab atas sebagian besar pengeluaran mereka secara keseluruha. Segmen termiskin dalam populasi akan paling merasakan tekanan," tambah Wakil Direktur Pasar dan Perdagangan Organisasi Pangan dan Pertanian PBB Josef Schmidhuber.
di ambang turbulensi
Setelah invasi Rusia ke Ukraina, pasar pangan global dihadapkan pada turbulensi yang dapat mengancam ketahanan pangan bagi populasi di seluruh dunia.
Direktur Eksekutif Program Pangan Dunia, David Beasley baru-baru ini mengakui, perang di Ukraina dapat menyebabkan krisis pangan global.
“Peluru dan bom di Ukraina dapat membawa krisis kelaparan global ke tingkat yang melampaui apa pun yang telah kita lihat sebelumnya.” ungkap Beasley, yang dikutip dari situs tribuneindia.com, Jumat (8/4/2022).
Baca juga: Vladimir Putin Copot Komandan Perang Rusia di Ukraina
Kenaikan tajam ini dikaitkan dengan berbagai faktor, terutama pasokan energi dan transportasi. Biaya untuk kedua hal ini juga telah meroket selama setahun terakhir, saat tingginya permintaan gas alam dan pengiriman pasokan di seluruh dunia terganggu akibat adanya pandemi Covid-19.
Ditambah dengan invasi yang dilakukan Rusia terhadap Ukraina, yang mengakibatkan harga pangan global melesat.
Gangguan pasokan yang disebabkan oleh konflik yang sedang berlangsung di Ukraina dan Rusia, sebagai negara yang menyediakan 30 persen gandum, 28 persen jelai, 18 persen jagung dan 75 persen pasokan minyak bunga matahari global, sekali lagi menjadi peringatan ancaman krisis pangan global.
Dengan harga pangan yang sudah melonjak dan persediaan di rak supermarket yang semakin menipis, menunjukkan ketahanan pangan semakin terancam. Apalagi ditambah dengan kenaikan harga pupuk, akibat sanksi ekonomi yang diberikan Amerika Serikat (AS) terhadap Rusia.
Rusia sendiri merupakan produsen pupuk nitrogen terbesar di dunia, dan salah satu produsen pupuk fosfor dan kalium. Oleh karena itu, biaya produksi bagi petani di beberapa negara, termasuk India diperkirakan akan meningkat, yang berarti akan mempengaruhi ketersediaan bahan pangan.
Baca juga: Slovakia Kirim Bantuan Sistem Pertahanan Udara S-300 ke Ukraina
Sementara itu di wilayah lain seperti Timur Tengah, Afrika Utara dan Afghanistan telah lebih dulu mengalami krisis pangan. Kemudian negara lain seperti, Mesir, Madagaskar, Maroko, Tunisia, Yaman, Lebanon, Indonesia, Filipina, Bangladesh, Pakistan, Turki, Iran, Eretria, dan Irak diperkirakan akan rentan terhadap krisis pangan, mengingat tingginya impor pangan yang datang dari Ukraina dan Rusia.
Di wilayah Uni Eropa, kenaikan harga pangan telah memukul industri peternakan, yang berakibat biaya proses pengolahan daging melonjak. Sedangkan Spanyol telah menjatah pasokan minyak nabati di supermarket.
Harga pangan global telah mencapai rekor tertinggi
Dilansir dari euronews.com, harga pangan global mencapai rekor tertinggi di bulan Februari, naik 24 persen lebih tinggi di tahun sebelumnya, menyusul kenaikan 4 persen di bulan berikutnya.